Ahad 07 Jul 2019 05:46 WIB

Selamat Jalan Pak Sutopo ...

Sutopo meninggal dalam perawatan di rumah sakit di Guangzhou, Cina.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Teguh Firmansyah
Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho
Foto: AP
Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perjuangan Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho melawan penyakit akhirnya berakhir. Sutopo wafat di rumah sakit di Guangzhou, Cina pada Ahad (7/7) dini hari waktu setempat.

Sebelumnya melalui akun Instagram pribadinya, Sutopo mengaku berangkat ke Guangzhou pada 15 Juni 2019 lalu. Ia mengunggah video suasana bandara disertai keterangan di bawahnya.

"Hari ini saya ke Guangzhou untuk berobat dari kanker paru yang telah menyebar ke banyak tulang dan organ tubuh lain. Kondisinya sangat menyakitkan sekali," tulis dia dalam akunnya @sutopopurwo.

Saat itu ia juga menulis, akan berobat di negeri tirai bambu itu selama satu bulan. Bahkan Sutopo sempat meminta maaf apabila tidak bisa menyampaikan info bencana dengan cepat sekaligus meminta doa dari warganet.

"Saya mohon doa restu kepada semua netizen dan lainnya. Jika ada kesalahan mohon dimaafkan. Sekaligus saya dimaafkan atas kesalahan dan dosa. Saya di Guangzhou selama 1 bulan. Maaf jika tidak bisa menyampaikan info bencana dengan cepat. Mohon maaf ya," tulis Sutopo menambahkan.

Baca juga, Innalillahi, Sutopo BNPB Wafat.

Unggahan Sutopo di Instagram-nya, ada foto ia saat dipijat punggungnya oleh sang ibunda Sri Roosmandari. Sutopo dalam keterangan foto itu mengatakan, sakit kanker paru-parunya membuat ia sangat kesakitan. Nyerinya terus menerus hingga menusuk sendiri.

"Sakit kanker yang sudah metastase ke tulang itu sakitnya luar biasa. Nyeri terus menerus dan di banyak sendi. Diberi morfin tidak mempan menahan sakit," kata Sutopo.

Kanker paru-paru yang diderita Sutopo bahkan sudah menyebar sampai ke tulang belakang. Kondisi tersebut membuat tulang belakangnya sedikit bengkok ke kiri. Rasa sakit itu membuat Sutopo beberapa kali mengubah posisi duduk ketika mengadakan konferensi pers.

Sutopo pernah mengatakan kepada Republika.co.id, vonis kanker paru-paru bertepatan dengan kejadian gempa melanda Banten, Jakarta dan sekitarnya dengan kekuatan 6,4 skala richter pada 23 Januari 2018.

Dokter memprediksi umur Sutopo tak akan bertahan sampai tiga tahun. "Saya nangis dan dokter mengatakan kamu kanker paru-paru stadium 4, (saya tanya) Dok, bisa diobati nggak? (Dokter Jawab), nggak ada obatnya, kanker itu nggak bisa diobati, ya kamu paling kita kemoterapi, usiamu hanya bertahan 1 sampai 3 tahun, syok saya," kenang Sutopo.

Setelah mendengar vonis dokter, Sutopo mengaku seperti selalu dibayangi dengan gambaran kematian. Ia merasa belum siap meninggalkan istri dan anak-anaknya.

"Kita semuanya kan sebenarnya tidak siap mati, tidak siap meninggalkan apa yang ada di dunia ini, tidak siap menghadapi kehidupan berikutnya," ujarnya seperti  menerawang ke tempat jauh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement