Sabtu 06 Jul 2019 17:08 WIB

Konflik Gajah Liar di Riau Meningkat Dua Kali Lipat

Pada Januari-Juni 2019, jumlah konflik gajah tercatat ada 30 kasus

Seorang pawang (Mahout) menaiki punggung Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) yang terlatih di halaman rumah warga di Pekanbaru, Riau, Senin (29/2).
Foto: Antara/Rony Muharrman
Seorang pawang (Mahout) menaiki punggung Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) yang terlatih di halaman rumah warga di Pekanbaru, Riau, Senin (29/2).

REPUBLIKA.CO.ID,  PEKANBARU -- Konflik gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) liar di Riau dengan manusia menunjukkan kenaikan dua kali lipat pada tahun ini. Dari data Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, selama periode Januari-Juni 2018 tercatat ada 16 kasus konflik gajah liar dengan manusia di sejumlah daerah di Riau.

"Dari data saat ini dalam periode yang sama antara Januari sampai akhir Juni 2018 dibanding 2019 menunjukkan adanya peningkatan yang cukup (tinggi)," kata Kepala BBKSDA Riau, Suharyono, Sabtu (6/7).

Baca Juga

Kasus paling tinggi terjadi pada Maret. Ada enam kasus yang terjadi di Kabupaten Pelalawan dua kasus, Kampar tiga kasus, dan Bengkalis satu kasus.

Pada Januari-Juni 2019, jumlah konflik gajah meningkat karena sudah tercatat ada 30 kasus. Kasus banyak terjadi pada Juni yakni sebanyak 10 kasus. Di Bengkalis dua kasus serta Kampar dan Kota Pekanbaru masing-masing empat kasus.

Sejak awal tahun ini, konflik gajah tergolong tinggi. Mulai dari Januari ada empat kasus meningkat jadi lima kasus pada Februari. Bulan Maret mereda jadi hanya satu kasus dan meningkat lagi pada April dan Mei masing-masing ada empat dan enam kasus.

Kasus yang kini sedang ditangani adalah kawanan 11 ekor gajah sumatera yang bergerak di dekat permukiman dan kebun milik warga. Peristiwa ini terjadi di Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau.

Humas BBKSDA Riau, Dian Indriati, menambahkan pihaknya telah mengerahkan dua ekor gajah latih untuk menghalau kawanan gajah liar tersebut. "Penggiringan satwa liar gajah yang berjumlah 11 ekor di dusun III Desa Karya Indah dilakukan dengan menggunakan gajah jinak dari Pusat Latihan Gajah Riau di Minas," kata Dian.

Ia mengakui banyak kendala khususnya dari masyarakat dalam menghalau gajah liar agar kembali ke jalur lintasannya. Hal ini membuat konflik tidak bisa cepat diatasi.

"Tidak semudah yang kita bayangkan karena terkadang kita mendapat kendala. Kita menggiring tapi di sisi lain masyarakat ada yang menghalau tidak mau dilewati kebunnya. Padahal kita sudah menghimbau. Jadi gajah berputar-putar saja tidak tahu harus lewat mana," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement