Kamis 04 Jul 2019 16:24 WIB

Hasil Simulasi: Lombok Selatan Berpotensi Gempa Megathrust

BMKG mengatakan hasil simulasi gempa itu perlu diketahui demi kesiapsiagaan bencana.

Gempa. Ilustrasi
Foto: Reuters
Gempa. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mataram Agus Riyanto mengatakan bahwa wilayah Lombok Selatan menyimpan potensi gempa megathrust berkekuatan 8,5 magnitudo dan gelombang tsunami hingga lima kilometer dengan ketinggian mencapai 20 meter. Informasi tersebut didapat dari hasil simulasi dan pemodelan tsunami.

"Kapan waktunya tidak ada yang tahu, bahkan teknologi secanggih apapun tidak bisa memprediksi dan mengetahui kapan akan terjadi gempa itu," ujarnya di sela-sela seminar manajemen kebencanaan yang dilaksakan di Universitas Nahdatul Ulama (NU) NTB di Mataram, Kamis.

Baca Juga

Agus menjelaskan, berdasarkan hasil simulasi pemodelan tsunami, andaikan gempa seperti itu terjadi maka  wilayah yang terkena imbas tsunami ialah perairan Kuta, Awang, Selong Blanak, Lombok Barat dan Mataram. Untuk wilayah Kota Mataram diperkirakan imbasnya hanya mencapai dua kilometer.

"Kalau selatan kurang lebih 3-5 kilometer rendaman tsunaminya, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika kemungkinan besar ikut terimbas," ujarnya.

Menurut Agus, jika merujuk pada sejarah dan hasil penelitian, gempa besar pernah terjadi di perairan selatan, khususnya Lombok. Itu terjadi pada tahun 500-1000 tahun yang lalu.

Hal ini dibuktikan dari jejak pasir sisa tsunami yang tertinggal. Sedangkan, gempa terakhir yang besar terjadi pada tahun 1977 di wilayah Sumba Kabupaten Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga berimbas pada wilayah selatan NTB.

Agus mengungkapkan, hingga sekarang tidak pernah terjadi lagi gempa besar. Akan tetapi, hal tersebut tetap harus diwaspadai.

"Kalaupun ada, kami harap gempanya kecil-kecil dan intensitasnya banyak sehingga energinya terlepas. Tapi kalau diam itu terlalu lama itu artinya sedang mengumpulkan energi dan ini yang tidak kita harapkan. Karena sifatnya di selatan itu seperti itu, hampir sama dengan selatan Bali, Jawa hingga Sumatra bisa ratusan tahun seperti yang terjadi di Aceh itu ratusan tahun terulang kembali pada tahun 2004 gempa besar dan tsunami," kata Agus.

Menurut Agus, hasil simulasi dan pemodelan tsunami tersebut penting untuk diketahui. Dengan begitu, pemerintah dan semua pihak bisa melakukan antipasi dan edukasi tentang mitigasi bencana secara menyeluruh ke masyarakat, termasuk mengimbau masyarakat untuk membangun rumah yang tahan gempa.

Sementara itu, pakar geologi dan kegempaan dari Universitas Brigham Young Univesity, Utah, Amerika Serikat, Prof Ron Harris mengamini data hasil BMKG tersebut. Hasil riset yang dilakukannya bersama 11 timnya dari berbagai Universitas di Amerika Serikat menunjukkan adanya pergerakan zona subduksi di wilayah perairan Lombok Selatan.

"Gempa dengan kekuatan 9 magnitudo itu sangat tinggi, karena posisinya berada di Palung Jawa, tapi lokasinya kita tidak tahu apakah terjadi di Lombok, Bali, atau Jawa. Tapi kalau itu terjadi, yang terdampak pasti ada, kalau itu terjadi tsunami," ucapnya.

Harris menjelaskan, setiap tahun lempeng Lombok khususnya di wilayah Lombok Selatan tertekan dan bergeser oleh lempeng Indo-Australia sepanjang 35 meter. Menurutnya, bila lempeng Lombok ini tidak bisa menahan tekanan akan menyebabkan gempa megathrust dengan kekuatan minimal 9 dan maksimal magnitudo 9,5.

"Gempa yang dihasilkan dari patahan di wilayah Lombok Selatan mencapai 9,5 Magnitudo dan menyebabkan tsunami setinggi 20 meter," katanya.

Harris mengingatkan, zona subduksi di wilayah Lombok Selatan yang memanjang hingga pulau Sumatra tersebut menunjukan meningkatnya aktivitas seismik. Hal ini didasari hasil penelitian dan riset serta sejarah pernah terjadi gempa besar di Lombok Selatan.

Meski menuyimpan potensi gempa megathrust, Harris menegaskan, tanah bergerak (likuefaksi) seperti yang terjadi pada gempa Palu, Sulawesi Tengah kecil kemungkinannya akan terjadi di Lombok.

"Untuk likuefaksi belum sampai sejauh itu," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement