Rabu 03 Jul 2019 22:48 WIB

PUPR: Debit Air 10 Waduk Utama di Bawah Rata-Rata

10 waduk dari 16 waduk utama di bawah batas rata-rata untuk operasionalisasi

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Esthi Maharani
Pemasok Utama Irigasi Solo. Dasar Bendung Colo terlihat saat kemarau, Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (3/7/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Pemasok Utama Irigasi Solo. Dasar Bendung Colo terlihat saat kemarau, Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (3/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan, sebanyak 10 waduk dari 16 waduk utama yang tersebar di seluruh Indonesia di bawah batas rata-rata untuk operasionalisasi. Waduk-waduk tersebut mayoritas terdapat di Pulau Jawa.

"Ada 10 waduk yang dia di bawah batas rencana. Maksudnya, untuk rencana operasi minimal air ketinggian 50 meter, sekarang dia di bawah 50 meter," kata Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Hari Suprayogi saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (3/7).

Hari memastikan, meski 10 waduk tersebut debit air di bawah batas rata-rata, pihaknya memastikan hal itu masih tergolong normal. Operasional masih dapat dilakukan sehingga distribusi air dari waduk ke permukiman sekitar masih dapat dilakukan.

Sementara itu, enam waduk utama lainnya, berdasarkan laporan terakhir dari lapangan masih di atas rata-rata. Hari memastikan kondisi waduk utama sampai saat ini masih terjaga untuk dapat mengairi permukiman.

Untuk diketahui, sampai dengan saat ini terdapat 231 waduk yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain 16 waduk utama, terdapat pula 75 waduk besar lainnya yang tengah dipantau ketat oleh Kementerian PUPR. Hari mengatakan, dari 75 waduk itu, 14 waduk dalam kondisi normal, 55 di bawah batas rata-rata dan 6 waduk dalam kondisi kering.

"Tapi, 6 waduk yang kering itu skalanya tidak begitu besar dalam mengairi sekitarnya," kata Hari.

Hari mengatakan, untuk dapat kembali mengoptimalisasikan fungsi waduk, satu-satunya hanya menunggu turunnya hujan. Sebab, fungsi waduk pada dasarnya hanyalah penampung air hujan dan mendistribusikannya ke area permukiman maupun persawahan.

Lebih lanjut, ia menambahkan, terkait persawahan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk mengatur pola tanam. Hal itu sudah dilakukan sejak jauh hari sebagai antisipasi musim kekeringan yang sudah diprediksi oleh BMKG.

"Saat ini menurut BMKG, khusus di Jawa memang sedang memasuki fase puncak musim kemarau," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement