REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Masa awal musim kemarau baru saja berlalu, namun penyusutan debit air danau Rawapening, di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, dinilai berlangsung lebih cepat. Bahkan penurunan permukaan (elevasi) air danau alam ini cukup drastis.
Perihal itu setidaknya diungkapkan oleh Koko Qomarullah (38 tahun), salah seorang pemilik karamba budi daya ikan, di Rawapening. Warga Desa Bejalen, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang ini mengaku, penyusutan air Rawapening pada musim kemarau kali ini berlangsung lebih cepat.
Biasanya, penyusutan debit air Rawapening baru akan mulai terasa menjelang masuk puncak musim kemarau, atau sekitar Agustus. “Tetapi kali ini penyusutan airnya sudah cukup banyak,” ungkapnya, di Ambarawa.
Kendati debit air sudah mengalami penyusutan, ia mengaku belum berdampak pada budi daya ikan di keramba milik warga. Menurutnya, dalam kondisi debit air yang menurun ini justru PH air Rawapening relatif stabil.
Hal ini berbeda dengan kualitas air Rawapening pada akhir Mei 2019 lalu, saat PH air turun. Sehingga para pemilik karamba banyak yang merugi akibat banyak ikan budi daya yang mati dan tidak dapat dipanen.
Ia juga menambahkan, yang menjadi persoalan akibat penyusutan debit air Rawapening, lanjutnya, beberapa akses sampan nelayan untuk menuju lokasi karamba di tengah Rawapening pun mulai dangkal.
Selain itu, penyusutan debit air ini juga terjadi pada saluran sungai yang bermuara ke Rawapening. Dengan susutnya permukaan air ini, di sepanjang aliran sungai tersebut semakin kotor dan penuh dengan sampah.
“Jadi setelah air susut, sekarang banyak sampah yang terlihat di sepanjang aliran sungai tepi rawa tersebut,” lanjutnya.
Ia juga berharap, penyusutan air Rawapening tidak berlangsung terlalu cepat. Sehingga tidak mengganggu produktivitas budi daya ikan air tawar yang diupayakan warga di danau Rawapening tersebut.
“Kalau nelayan pemilik karamba budi daya ikan di Rawapening, keinginannya bisa panen bagus, kali ini. Karena menjelang Lebaran beberapa waktu sudah merugi akibat banyak ikan yang mati,” jelasnya.
Sebelumnya, Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang (Pusdataru) Provinsi Jawa Tengah telah merilis, sejumlah waduk dan danau alam yang ada di wilayah Provinsi Jawa Tengah sudah mengalami penyusutan debit air.
Dalam rilis tersebut terungkap, akibat dampak musim kemarau, sedikitnya 41 waduk yang ada di Jawa Tengah telah mengalami penurunan debit air, saat memasuki musim Kemarau pada bulan Juni.
Rata-rata penyusutan debit air di sejumlah waduk tersebut sudah mencapai 24 persen dari total kapasitas normal waduk. Sejumlah waduk yang sudah mengalami penurunan debit air antara lain, Waduk Malahayu, Cacaban, Wadaslintang, Kedungombo, Jombor, Penjalin, serta Jatibarang.
Danau alam yang mengalami penyusutan debit air termasuk Rawapening. Sementara itu, berdasarkan data yang dikutip dari pusdataru.jatengprov.go.id, rencana volume air Rawapening pekan keempat Mei 2019 mencapai 37,60 juta meter kubik. Namun realisasinya hanya mencapai 32,32 juta meter kubik.