REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Pemerhati lingkungan sekaligus akademisi Universitas Sriwijaya Palembang, Dr Apriadi S Busri mengatakan pohon-pohon di dunia memiliki peran penting untuk melindungi manusia dari polusi udara yang semakin tercemar tiap tahun.
"Selain fungsinya sebagai peneduh pohon juga melindungi manusia dari polusi udara, oleh karena itu jangan pernah berhenti menanam pohon, jika bisa setiap hari menanamnya," ujar dia di Palembang, Ahad (30/6).
Polusi udara, tambahnya menjadi pembahasan penting negara-negara di dunia pada peringatan hari lingkungan hidup internasional 2019, hal itu disebabkan tingkat pencemaran polusi udara di kota-kota besar dunia mulai mengkhawatirkan.
Polusi udara tidak hanya disebabkan kendaraan bermotor yang jumlahnya terus meningkat dan terkonsentrasi di perkotaan, penebangan atau kebakaran hutan juga ikut andil menurunkan kualitas udara meskipun terjadi secara periodik.
Bagi Sumsel, kebakaran hutan menjadi permasalahan klasik yang selalu muncul setiap tahun, namun upaya pemerintah setempat juga semakin baik dan efektif, paling tidak luasan wilayah yang terbakar cenderung terus menurun.
"Masyarakat tentu berharap Pemprov Sumsel tetap konsen mengatasi permasalahan lingkungan, begitupun kami selaku akademisi siap mendukung upaya-upaya pemerintah," jelas Dr Apriadi S Busri yang juga Ketua Ikatan Alumni Doktor Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana Unsri.
Penjagaan lingkungan baik udara, darat ataupun air tidak dapat dilakukan pemerintah sendirian, dibutuhkan peran besar masyarakat sebagai pelaku sekaligus penikmat lingkungan masing-masing dalam memastika sumber kehidupan tetap terjaga.
Ia mengamati kepedulian masyarakat Sumsel terhadap lingkungan sudah menunjukan peningkatan dengan munculnya berbagai komunitas dan kegiatan berorientasi lingkungan seperti bersih-bersih sampah, penanaman pohon, pengurangan gas emisi, dan kampanye teknologi ramah lingkungan.
"Seluruh kepala daerah juga sudah konsen terhadap lingkungan, memang menjaga lingkungan adalah kerja bersama karena dinikmati bersama juga," demikian Dr. Apriadi.