REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan sinergi antara pemerintah, komunitas robotika, akademisi, dan dunia industri dorong percepatan penerapan sistem otomasi atau robotika.
"BPPT tentu mendukung berdirinya Masyarakat Robotika Indonesia ini, karena wadah organisasi ini dapat menjadi mitra kerja sama pemerintah untuk mempersiapkan penerapan robotika, di berbagai bidang," kata dia dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Ahad (30/6).
Dia mengatakan kerja sama lintas pemangku kepentingan diperlukan untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam pengembangan robotika guna meningkatkan daya saing hadapi revolusi industri 4.0.
"Efisiensi dan ketepatan menjadi keharusan dalam industri saat ini. Rekayasa industri berbasis otomasi memerlukan perhitungan, dan pengalaman yang harus diolah, serta dikelola dengan optimal. Otomasi di dunia industri sangat erat kaitannya dengan sistem robotika," ujarnya.
Menurut Hammam, robot bukan untuk menggantikan manusia, melainkan dikembangkan untuk mengatasi kelemahan manusia dalam sisi konsistensi dan akurasi.
Manusia mengalami penurunan performa ketika mengalami gangguan emosi dan fisik. Hal tersebut menimbulkan inkonsistensi produksi, yang tentunya dapat mengganggu hasil produksi. Selain kekurangan tersebut, akurasi atau ketepatan juga menurun seiring dengan kondisi tubuh.
"Berbeda halnya dengan robot yang efisien dan akurat dibentuk berdasarkan pengalaman dan riset yang terus menerus. Berbagai robot telah berperan di berbagai bidang industri, seperti industri otomotif, hiburan, militer, kebencanaan dan sebagainya. Robot juga masuk ke dalam dunia pendidikan atau biasa disebut robot edukasi, untuk mengajarkan algoritma dan komputasi kepada peserta didik," tuturnya.