REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musim kemarau menyebabkan sejumlah wilayah di Indonesia mengalami kekeringan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan sedang dan akan melakukan tiga langkah untuk mengantisipasi hal tersebut.
"Pertama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) daerah sedang mengerahkan semua unitnya untuk dropping air bersih di masyarakat terutama air minum. Kalau perlu air bersih disalurkan dari BNPB pusat," kata Kasubdit Pengembalian Hak Pengungsi Kedeputian Penanganan Darurat BNPB Budhi Erwanto, saat dihubungi Republika, Ahad (30/6).
Upaya kedua menyiapkan pengoperasian teknologi modifikasi cuaca (TMC). Menurut Budhi, pemerintah DKI Jakarta salah satu yang pada Senin (1/7) mengundang BNPB untuk mengikuti rapat yang dihadiri pemangku kepentingan untuk persiapan operasi TMC di DKI Jakarta.
Tak hanya Jakarta, daerah-daerah lain juga bisa mendapatkan bantuan TMC di wilayahnya, tambah dia. Terutama wilayah yang berstatus darurat kekeringan. BNPB akan membantu daerah yang mengalami kelangkaan air dan meminta bantuan dengan beberapa langkah termasuk TMC.
"Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan BNPB berkoordinasi mengenai ini (TMC)," ujarnya.
Langkah terakhir, ia menyebut BNPB juga akan melakukan pompanisasi yaitu
pengeboran air. "Upaya antisipasi tersebut terus dilakukan sampai kemarau selesai diperkirakan September mendatang," ujarnya.
Sebelumnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis mayoritas wilayah-wilayah di Jawa dan Sumatra yang mengalami kemarau dan kekeringan.
Pelaksana Harian Direktur Kesiapsiagaan BNPB Bambang Surya Putra mengatakan, berdasarkan analisa Pastigana yang dihimpun dari informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan kementerian atau lembaga lain serta berbagai sumber hingga saat ini wilayah wilayah yang telah mengalami kekeringan meliputi Jawa Barat yaitu beberapa wilayah Bogor dan Bekasi.
"Kemudian Jawa Tengah di Cilacap dan Banyumas, kemudian Jawa Timur yakni Magetan, dan Yogyakarta yakni Bantul dan Gunung Kidul," ujarnya saat dihubungi Republika, Ahad (30/6).
Ia menambahkan, wilayah Jawa diperkirakan alami puncak kemarau mayoritas di bulan Agustus, kecuali kawasan pesisir utara. Kemudian di selatan Jawa Barat diperkirakan akan masuk puncak musim kemarau pada Juli mendatang.
"Bahkan wilayah Sumatra yakni sebagian wilayah Aceh dan Sumatra Utara telah mengalami puncak musim kemarau sejak Juni. Sementara beberapa wilayah lainnya di Sumatra mayoritas diperkirakan pada Juli dan Agustus," katanya.