REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA— Sedikitnya ada tiga pesan warga Nahdatul Ulama Kota Surabaya, Jawa Timur untuk pasangan Presiden dan Wakil Presiden RI terpilih, Joko Widodo dan KH Ma’ruf Amin setelah memenangkan sidang sengketa Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi pada Kamis (27/6) malam.
"Saya menyampaikan selamat kepada Pak Jokowi dan Kiai Ma'ruf telah memperoleh mandat rakyat memimpin Bangsa Indonesia untuk lima tahun mendatang," kata Ketua Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya, Achmad Muhibbin Zuhri, kepada ANTARA Surabaya, Jumat.
Menurut dia, ada tiga pesan yang ingin disampaikan kepada Jokowi-Ma'ruf yakni pertama, agar menempatkan para menteri yang berintegritas dan profesional, tidak menjadikannya sebagai instrumen negosiasi politik. Mengawasi secara melekat kinerjanya untuk memastikan tidak ada korupsi dan penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk lain.
Kedua, pembangunan infrastruktur haruslah diimbangi dengan percepatan pembangunan kualitas SDM bangsa Indonesia, sehingga secara simultan akan mempercepat pencapaian kemajuan di segala bidang.
"Terakhir, residu globalisasi dan kemajuan pada revolusi Industri 4,0 mesti diantisipasi dengan penguatan karakter melalui penguatan pendidikan agama dan budi pekerti berdasarkan khazanah kearifan nilai dan norma budaya bangsa Indonesia," ujarnya.
Zuhri mengapresiasi Mahkamah Konstitusi (MK) yang telah menyelenggarakan persidangan sengketa Pilpres dengan baik dan bermartabat, memutuskan secara obyektif dan terbuka, sehingga sekaligus merupakan pendidikan politik yang sangat berharga bagi bangsa ini menuju kualitas demokrasi lebih baik.
"Apresiasi juga saya sampaikan kepada pasangan Capres-Cawapres 02, Prabowo-Sandi yang membawa sengketa pilpres ke jalur konstitusional berdasarkan Undang-Undang, tidak membiarkannya menjadi aksi-aksi yang kontraptoduktif bagi kehidupan sosial-politik," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya berharap pasangan 01 dan 02 berikut tim pemenangan dan pendukungnya untuk menatap kehidupan kebangsaan pasca-Pilpres dengan bersama membangun kembali kohesivitas sosial demi mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Dia berharap dinamika politik tidak boleh dibiarkan mengarah kepada iftiraq (perpecahan), karena tujuan sebenarnya untuk kesejahteraan.
"Saya berharap untuk pak Jokowi dan Kiai Ma'ruf menjadi pasangan yang sinergis memimpin semua warga bangsa ini, tidak hanya para mantan pendukungnya," katanya.