Jumat 28 Jun 2019 09:27 WIB

Pemkab Bandung Barat Maksimalkan Bantuan Air Bersih

Pemkab terus mendorong agar bantuan air untuk masyarakat bisa didapat

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Esthi Maharani
Seorang anak berjalan di area lahan pertanian yang mengalami kekeringan di Gedebage, Kota Bandung, Rabu (26/6).
Foto: Abdan Syakura
Seorang anak berjalan di area lahan pertanian yang mengalami kekeringan di Gedebage, Kota Bandung, Rabu (26/6).

REPUBLIKA.CO.ID, NGAMPRAH- Musim kemarau telah berdampak pada sejumlah lahan pertanian di Batujajar, Kabupaten Bandung Barat yang mengalami retak-retak akibat tidak teraliri air. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah terus mendorong agar bantuan air untuk lahan pertanian dan air bersih untuk masyarakat bisa didapat.

"Awal-awal kami dilantik, kami mengalami (musim) kekeringan. Nah solusinya memang dari BPBD akab mengirimkan bantuan air bersih untuk kekeringan," ujar Wakil Bupati Bandung Barat, Hengky Kurniawan, Jumat (28/6).

Ia mengungkapkan, kekeringan merupakan dampak dari musim kemarau yang terjadi karena faktor alam. Kondisi tersebut berlangsung tidak hanya di Bandung Barat. Akan tetapi juga terjadi di wilayah Jawa Barat lainnya.

"Paling kita membantu semaksimal mungkin yang susah air. Kita berharap turun hujan," katanya.

Baginya, wilayah Cipatat merupakan daerah yang rutin mengalami kekeringan. Bahkan, pihaknya sempat membuat sumur bor namun air tetap sulit diperoleh.

"Di Cipatat cukup rutin (kekeringan), kita sudah mencoba sampai dibor air tetap susah. Saya juga bingung kita sudah berupaya sampai pengeboran tapi tidak ada air," katanya.

Sebelumnya, sejumlah lahan pertanian sawah di Kampung Sinarjaya, Desa Batujajar dan Kampung Sinarmukti, Desa Selacau, Kabupaten Bandung Barat terancam mengalami gagal panen dampak dari kemarau. Sebab aliran air yang berada di irigasi menuju sawah mengalami kekeringan.

Berdasarkan pantauan, area sawah yang berada di pinggir jalan mengalami kekeringan dan dampaknya mengalami retak-retak. Hal itu terjadi dikarenakan aliran air yang tidak mengalir ke sawah. Sehingga tanah menjadi kering.

Salah seorang warga, Elan (60) yang tengah mencari rumput di sawah mengungkapkan musim kemarau sudah berlangsung sejak satu bulan terakhir. Akibatnya, tanah sawah menjadi retak-retak karena air tidak mengalir.

"Airnya dari saluran irigasi dari gunung Lagadar. Airnya ada di saluran tapi gak sampai kesini," ujarnya, Rabu (26/6). Dengan melihat kondisi tersebut maka ia memastikan jika padi yang ditanam gagal dipanen.

"Sudah begini mah ya gak bisa dipanen," ujarnya. Menurutnya, usia padi yang ditanam kurang lebih 15 hari lagi menuju panen jika terdapat air. Dengan kondisi tersebut maka padi yang gagal dipanen dibiarkan saja.

"Kalau dipaksakan dipanen sekarang juga gak akan bisa da tidak ada isinya," ungkapnya. Jika sudah begitu, Elan mengatakan biasanya sawah dibiarkan oleh pemiliknya dan akan dimanfaatkan lagi pada musim tanam selanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement