Kamis 27 Jun 2019 23:59 WIB

PBNU Berharap Semua Bersatu Usai Putusan MK

PBNU berharap seluruh elemen bangsa bersatu mendukung presiden terpilih

Ketua Umum  Pengurus Besar Nahdlatul Ulama  (PBNU) Said Aqil Siroj (tengah) berbincang dengan Ketua PBNU Robikin Emhas (kiri) dan Sekretaris Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKK) PBNU Alissa Wahid (kanan) saat hadir pada acara seminar di Jakarta, Sabtu (28/4).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj (tengah) berbincang dengan Ketua PBNU Robikin Emhas (kiri) dan Sekretaris Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKK) PBNU Alissa Wahid (kanan) saat hadir pada acara seminar di Jakarta, Sabtu (28/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Robikin Emhas mengajak setiap elemen bangsa kembali bersatu. Khususnya usai putusan Mahkamah Konstitusi soal sengketa Pilpres 2019 dibaca.

"Mari kita terima hasil pilpres dengan tingkat partisipasi pemilih tertinggi dalam pemilu demokratis yang dicapai bangsa dan negara ini dengan legowo," kata dia kepada wartawan di Jakarta, Kamis (27/6). Dia mengajak setiap elemen kembali bersatu padu dan utuh sebagai bangsa yang berbudaya demi kejayaan Indonesia Raya.

Baca Juga

Paslon terpilih, kata dia, agar tetap rendah hati dan yang tidak menang berkenan lapang dada. Demikian juga dengan para pendukung dan simpatisan masing-masing. "Mari kita dukung presiden dan wakil presiden terpilih melalui peran dan fungsi kita masing-masing," kata dia.

Dengan itu, dia berharap upaya mewujudkan tujuan negara sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 secara bertahap dan berkelanjutan bisa dicapai dengan baik.

Dia mengajak setiap pihak tak melakukan tindakan yang dapat menodai martabat dan kehormatan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia di mata dunia.

"Toh sirkulasi kekuasaan melalui pilpres berlangsung lima tahun sekali. Dengan berakhirnya sidang perkara sengketa pilpres di MK, kita akhiri juga segala polemik dan perbedaan pendapat tentang pilpres," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement