Rabu 26 Jun 2019 09:31 WIB

Korban Kawin Kontrak Kerap Disiksa Keluarga Suami di Cina

Masyarakat diimbau tidak tergiur iming-iming kawin kontrak bisa mengubah hidup.

Pernikahan (ilustrasi).
Foto: Republika/Tahta Aidilla/ca
Pernikahan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Cukup banyak masyarakat Indonesia yang kawin kontrak di Cina. Pengalaman mereka pun berbeda-beda, ada yang bernasib baik ada pula yang bernasib pilu.

Seperti yang dialami IN, warga Singkawang. Selama tujuh bulan tinggal bersama sang suami dan mertua di Cina, ia selalu mengalami kekerasan dari keluarga. "Kehidupan saya di sana (Cina) tidak sesuai dengan harapan," ujar IN kepada wartawan, Rabu (26/6).

Baca Juga

Selama berada di Cina, dirinya selalu dipaksa bekerja dan parahnya ada kekerasan dari keluarga. "Kekerasannya seperti ditendang, dicekik, dan dipukul," ujarnya.

Dirinya bersyukur, berkat bantuan kepolisian Polres Singkawang dan seorang warga Singkawang, akhirnya bisa pulang ke Singkawang untuk berkumpul kembali bersama keluarga. Dia mengatakan, jika tidak ada mereka mungkin tidak bisa pulang dan disiksa terus.

IN mengatakan, keinginannya untuk kawin kontrak dengan orang Cina hanya semata-mata untuk mengubah hidup agar lebih baik. Semua itu berawal dari iming-iming seseorang (agen) yang menjanjikan bisa mengubah hidupnya.

Iming-imingnya, setelah nikah dirinya diperbolehkan pulang ke Singkawang setelah berada di Cina selama dua bulan. Namun, kenyataannya dirinya tidak diperbolehkan pulang, dirinya justru dipaksa bekerja.

Sebelum berangkat di Cina, dirinya sempat menerima uang Rp 20 juta dari agen. Uang sebanyak itu sebagai mahar pernikahan. Sementara untuk proses pernikahan di Singkawang biasa-biasa saja.

Tiba di Cina, dirinya langsung diminta bekerja menjahit baju dan sarung tangan. Hal ini selalu ia tolak karena sesuai perjanjian sebelum berangkat ke Cina, ia tidak diperbolehkan kerja.

Karena tidak tahan diperlakukan semena-mena oleh keluarga suami, ada niat IN untuk melarikan diri dari rumah suaminya. Hal itu bahkan sudah sering dipikirkannya, namun sulit dilakukan karena terus diancam oleh keluarga suami.

Beruntung dirinya dibantu Humas Polres Singkawang dan salah satu warga Singkawang. Berkat bantuan kedua orang ini, dirinya bisa kabur dari rumah suaminya dan tiba di Singkawang pada Senin (24/6) kemarin.

Kepada masyarakat Singkawang, dia berpesan agar tidak mudah percaya dengan bujuk rayuan atau iming-iming bisa mengubah hidup apabila mau dibawa ke Cina. Kalau pun ada masyarakat yang ingin bekerja disana, dirinya berharap tidak mendapat nasib serupa seperti yang dialaminya.

Keluarga menyesal izinkan IN lakukan kawin kontrak

Ibu kandung IN, AM mengatakan, keluarganya sangat menyesal memberikan izin kepada IN untuk menikah kontrak dengan warga Cina. Namun, sebelum mengambil keputusan dirinya sudah memberikan kesempatan kepada anaknya untuk berpikir panjang. Tapi karena anaknya yang bersikeras, AM juga tidak bisa berbuat apa-apa, sehingga sebagai orang tua hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk anaknya.

Namun, begitu sampai di Cina keadaan yang dialami IN tidak sesuai yang ia harapkan. Meski demikian, komunikasi lewat via ponsel masih terbilang lancar.

"Kita hanya bisa mendengar lewat telepon kalau dia sedang meringis, menangis, dan lainnya," ujarnya.

Dirinya selaku orang tua hanya bisa menenangkan IN untuk bersabar menghadapi kehidupan yang dialami. Kejadian ini akan menjadi pelajaran bagi dirinya untuk lebih berhati-hati dalam memutuskan suatu masalah.

Kepada orang tua yang lain, AM mengimbau lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Lebih baik cari jodoh di Indonesia saja, meski hidup sederhana.

"Asalkan kita bisa kumpul dan berkomunikasi," ujarnya.

Polres Singkawang upayakan pemulangan NP

Kapolres Singkawang, AKBP Raymond M Masengi mengatakan, setelah berhasil memulangkan IN, dirinya saat ini juga sedang mengusahakan proses pemulangan warga Kalbar lainnya berinisial NP yang diduga juga menjadi korban kawin kontrak di Cina.

Dia menjelaskan, IN adalah warga Singkawang, sedangkan NP adalah warga Kabupaten Landak. Namun, dikarenakan kendala proses administrasi dan paspornya ditahan oleh mertua sehingga korban NP sampai saat ini masih tertahan di KBRI Beijing.

"Meski orang Landak, tetap kita bantu dan doakan agar proses pemulangan NP berjalan dengan baik," ujarnya.

Raymond berharap, apa yang dialami IN tidak sampai dialami warga Singkawang lainnya. Dengan adanya cerita viral kawin kontrak akhir-akhir ini, dirinya menegaskan Polres Singkawang sudah berbuat jauh-jauh hari sebelum permasalahan ini muncul.

Bahkan, Raymond juga sudah memerintahkan anggota untuk mencari orang-orang yang terlibat seperti mak comblang yang coba-coba menjebak, memperdagangkan ataupun hal-hal yang dapat melanggar perbuatan hukum untuk mengirim atau mengawin kontrakkan seperti yang dialami IN dan NP. Dia berharap, di Singkawang tidak ada lagi kasus seperti yang dialami IN. Yang paling penting adalah orang tua, jangan selalu beranggapan bahwa hal-hal seperti ini merupakan jalan keluar untuk mengubah hidup keluarga karena hal tersebut belum bisa dipastikan kebenarannya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement