Rabu 26 Jun 2019 07:17 WIB

Harga Ayam Pun Mendadak Anjlok

KPPU ikut turun tangan untuk mendalami turunnya harga ayam ini.

Rep: INTAN PRATIWI/ Red: Elba Damhuri
Pedagang menyiapkan ayam yang dijualnya di Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (27/9). Kemendag menetapkan harga baru batas atas dan batas bawah untuk telur ayam dan daging ayam demi menjaga keuntungan peternak.Revisi harga acuan ini rata-rata meningkat Rp 1.000 per kilogram
Foto: Prayogi/Republika
Pedagang menyiapkan ayam yang dijualnya di Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (27/9). Kemendag menetapkan harga baru batas atas dan batas bawah untuk telur ayam dan daging ayam demi menjaga keuntungan peternak.Revisi harga acuan ini rata-rata meningkat Rp 1.000 per kilogram

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) turun tangan mengusut anjloknya harga ayam di tingkat peternak. KPPU akan menyelidiki persaingan usaha antara peternak rakyat dan perusahaan integrator atau perusahaan peternakan unggas besar yang terintegrasi.

KPPU bakal mendalami ada atau tidaknya persaingan tidak sehat antara peternak dan perusahaan integrator. Saat ini, perusahaan integrator menjadi produsen anak ayam atau day old chick (DOC) untuk peternak. Namun, di sisi lain, integrator juga menjual daging ayam ke pasar.

Baca Juga

Kondisi tersebut membuat pasokan daging ayam di pasar berlebih sehingga membuat harga anjlok. Peternak rakyat pun akhirnya kalah bersaing. "Persoalan ini sedang kami teliti," kata Kurnia kepada Republika, Selasa (25/6).

Harga ayam hidup yang dibeli pedagang dari peternak berada di kisaran Rp 7.000-Rp 8.000 per kg. Padahal, harga pokok produksi (HPP) sebesar Rp 18.700 per kg. Sementara, harga acuan pembelian daging dan telur ayam ras di tingkat peternak antara Rp 18 ribu-Rp 20 ribu per kilogram.

Meski harga di tingkat peternak rendah, harga jual kepada konsumen tetap stabil di kisaran Rp 29 ribu-30 ribu per kg. Menurut Kurnia, disparitas harga tersebut turut menjadi sorotan KPPU. "Itu yang juga sedang kami teliti," kata Kurnia.

Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Singgih Januratmoko meminta pemerintah selaku regulator dan pengawas melakukan pengendalian pasokan ayam. Menurut dia, ada stok yang sangat berlebih untuk komoditas ayam hidup.

Menurut dia, stok berlebih karena hasil produksi perusahaan integrator dengan peternak mandiri dijual dalam segmen yang sama, yaitu ayam hidup. "Harusnya perusahaan integrator menjual dalam bentuk frozen, olahan, atau diekspor," kata Singgih.

Selain menjaga pasokan dengan melihat produksi dan tingkat permintaan, pemerintah diharapkan bisa menjaga pasokan DOC dan mengatur segmentasi pasar.

Wakil Ketua Komite Tetap Industri Pakan dan Veteriner Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Sudirman mengatakan, harga ayam akan kembali normal apabila pemerintah menjalankan fungsinya untuk melakukan pengaturan dan pengendalian pasokan.

Sudirman menilai, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) punya kewenangan melakukan pengendalian melalui Permentan No 32 Tahun 2017 tentang Penyediaan, Pengedaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi.

Ketika harga jatuh karena berlebihnya pasokan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan bisa memerintahkan untuk mengurangi produksi. "Misalnya, mengurangi telur yang ditetaskan menjadi DOC sehingga suplai ayam bisa berkurang dan harganya tidak jauh," kata Sudirman, Selasa (25/6).

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Tjahja Widyawati mengklaim Kemendag sudah melakukan dua kebijakan untuk menyelesaikan persoalan rendahnya harga ayam di tingkat peternak.

Pertama, kata Tjahja, para pemangku kepentingan terkait sepakat bahwa perusahaan integrator, peternak mandiri, ataupun UMKM akan memangkas kelebihan pasokan dengan membagikan ayam kepada masyarakat yang membutuhkan menggunakan alokasi dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Selain itu, pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah memerintahkan pemotongan produksi sekitar 30 persen.

Meski begitu, kata dia, langkah-langkah tersebut membutuhkan waktu agar harga jual kembali normal. "Memang belum berpengaruh signifikan karena perlu waktu koordinasi," kata dia.

Dia menambahkan, pemerintah juga telah meminta perusahaan retail membeli ayam di tingkat peternak sesuai dengan aturan yang berlaku. "Yaitu sesuai harga acuan Permendag Nomor 96 2018 yang sebesar Rp 18 ribu per kg," kata dia.

Tjahja mengatakan, faktor berlebihnya pasokan bukan karena menurunnya permintaan konsumen, melainkan murni karena produksi yang melebihi kebutuhan. Sebab, kata dia, belum ada perubahan perilaku konsumen dalam hal permintaan ataupun konsumsi daging ayam.

"Hingga saat ini, Kemendag belum menerima informasi atau laporan dari dinas perdagangan di tingkat provinsi/kabupaten/kota ataupun dari instansi/lembaga lainnya, khususnya BPS, yang menyatakan ada indikasi penurunan konsumsi," ujar Tjahja.

Perum Bulog menyatakan belum mendapatkan penugasan terkait imbauan penyerapan ayam dari peternak rakyat. Kementerian Pertanian sebelumnya mengimbau agar Kementerian Perdagangan dapat menugaskan BUMN sektor pangan menyerap ayam peternak sebagai solusi mengatasi rendahnya harga.

"Terkait itu, Bulog tidak mendapat penugasan (penyerapan ayam peternak--Red)," kata Direktur Operasional Bulog Tri Wahyudi Saleh.

Berdasarkan pengalaman Bulog dalam melakukan stabilisasi harga, Tri mengatakan, Bulog belum pernah melakukan penyerapan ayam. Bulog lebih berfokus kepada penyerapan komoditas pertanian, seperti beras dan cabai.

Seperti diketahui, Kementerian Pertanian mengakui bahwa disparitas harga daging ayam di tingkat peternak dan pasar cukup besar. Karena itu, persoalan tersebut semestinya dapat diatasi oleh Satgas Pangan dan Kementerian Perdagangan.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita sebelumnya mengatakan, Kementerian Perdagangan dapat menugaskan BUMN untuk melakukan penyerapan komoditas pertanian dan peternakan dalam rangka stabilisasi harga. Hal itu telah diatur dalam Permendag Nomor 96 Tahun 2018.

Ketut mengatakan, penugasan dapat diberikan apabila menteri perdagangan telah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pertanian, koordinasi, dan pengendalian bidang perekonomian. Ketut mengatakan, jika BUMN turun tangan sesuai dengan regulasi yang ada saat ini, perbaikan harga ayam di tingkat peternak semestinya bisa terwujud.

Dibagikan gratis

Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) akan membagikan sebanyak 10 ribu ekor ayam secara gratis kepada masyarakat sebagai bentuk protes kepada pemerintah atas kerugian yang diderita para peternak.

"Pembagian ini akan kami lakukan di lima kecamatan di Kota Solo pada Rabu (26/6). Rencananya kami lakukan pukul 08.00-10.00 WIB," kata Ketua Pinsar Indonesia Jawa Tengah, Parjuni, di Solo, kemarin.

Sepuluh ribu ekor ayam tersebut akan dibagikan untuk masyarakat di beberapa kecamatan. Perinciannya, Kecamatan Banjarsari sebanyak 2.000 ekor, Kecamatan Laweyan sebanyak 1.500 ekor, Kecamatan Pasar Kliwon sebanyak 1.500 ekor, Kecamatan Jebres sebanyak 1.500 ekor, dan Kecamatan Serengan sebanyak 1.500 ekor. Sisanya akan dibagikan di Klaten.

"Saat ini sudah banyak peternak mandiri yang gulung tikar. Turunnya harga jual di pasaran sudah berada di bawah biaya produksi yang dikeluarkan. Ini merugikan peternak mandiri," katanya. Ia mengatakan, kondisi tersebut sudah terjadi sejak April 2019.

BACA JUGA: Ikuti Analisis Isu Politik Terkini Perspektif Republika.co.id di News Analysis

(dedy darmawan nasution/antara ed: satria kartika yudha)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement