Selasa 25 Jun 2019 23:44 WIB

Kemarau, Warga Manfaatkan Air Sungai untuk Berhemat

Sebagian debit air sumur warga terus menyusut dan sudah tidak lagi mencukupi.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Dwi Murdaningsih
Kolam yang kekeringan di musim kemarau (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kolam yang kekeringan di musim kemarau (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  UNGARAN—Dampak musim kemarau telah dirasakan puluhan kepala keluarga (KK) warga Dusun Kebon Taman, Desa Kalikayen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Sejak awal Ramadhan lalu, mereka mulai kekurangan air bersih untuk kebutuhan sehari- hari.

Bahkan, dalam beberapa pekan terakhir, mereka mulai memanfaatkan sisa aliran sungai yang hampir mengering untuk keperluan mandi dan mencuci pakaian. Karena sebagian debit air sumur warga terus menyusut dan sudah tidak lagi mencukupi.

Warga harus menghemat air sumur khusus untuk keperluan memasak dan membuat air minum. “Warga yang sumurnya telah mengering terpaksa harus membeli air galon untuk keperluan memasak dan membuat air minum,” ujar Sri Wahyuni (38), salah seorang warga Dusun Kebon Taman, Selasa (25/6).

Tak terkecuali dirinya, terpaksa harus membeli air bersih kemasan galon agar bisa memasak dan membuat air minum untuk kebutuhan sehari- hari, akibat debit air sumur yang ada di rumahnya sudah semakin berkurang.

Selama satu bulan terakhir biaya kebutuhan rumah tangganya semakin bertambah agar bisa mendapatkan air bersih yang bisa dikonsumsi. Sebab kalau hanya mengandalkan air sumur sudah tidak mencukupi.

Untuk membeli air bersih tersebut, ia harus mengeluarkan uang Rp 5.000 per galon dan dalam sepekan bisa menghabiskan tiga hingga empat galon. “Sehingga dalam sepekan saya harus mengeluarkan biaya tambahan berkisar Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu,” jelasnya.

Oleh karena itu, lanjut Sri Wahyuni, guna menghemat kebutuhan air bersih, saban hari terpaksa harus mencuci pakaian dan mandi di sungai yang debit airnya juga terus menyusut dan sekarang sudah hampir mengering.

Berdasarkan pantauan Republika.co.id, sejumlah warga terpaksa memang memanfaatkan air dari aliran sungai yang tersisa, di wilayah Dusun Kebon Taman. Kendati airnya tidak terlalu keruh namuan aliran sungai tersebut juga bercampur dengan berbagai jenis sampah.

Namun warga di dusun tersebut tetap memanfaatkan air sungai yang bercampur sampah tersebut untuk keperluan mencuci pakaian dan mandi. “Mau bagaimana lagi, kondisinya memang seperti ini,” ucap Sri Wahyuni.

Terkait dampak musim kemarau ini, Bupati Semarang, dr H Mundjirin mengatakan, Pemerintah kabupaten (Pemkab) Semarang telah mengantisipasi bencana kekeringan tahun 2019 ini dengan menyiapkan bantuan air bersih kepada warga yang membutuhkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement