Rabu 26 Jun 2019 05:03 WIB

Kisah 'The Quran Of Sanaa'

Quran terbukti sejak dulu hingga sekarang tidak mengalami perubahan apapun.

Buku The Sanaa Palimpsest: the Transmission of the Qur'an in the First Centuries
Foto: Menachem Ali
Buku The Sanaa Palimpsest: the Transmission of the Qur'an in the First Centuries

Oleh: Menachem Ali, Pengajar Jurusan Philology di Universitas Airlangga.

Meskipun buku berjudul "The Sanaa Palimpsest: the Transmission of the Qur'an in the First Centuries AH (Oxford University Press, 2017) ini saya beli di toko buku di kota Tokyo - Jepang dengan harga ¥ 19.800, tetapi hal ini tetap membahagiakanku.

Mengapa? Buku akademik ini karya seorang akademisi papan atas jebolan dari l'Ecole Pratique des Hautes Etudes, Paris, yang membahas keotentikan Quran berdasarkan manuskrip-manuskrip kuno Abad ke-1 H. Buku ini kajiannya sangat filologis banget. Itu berarti teks Quran sejak dulu hingga sekarang tidak mengalami perubahan apapun.

Buku "The Sanaa Palimpsest: the Transmission of the Quran in the First Centuries AH" (Oxford University Press, 2017) tersebut sangat penting untuk mengimbangi kajian karya Keith Small, berjudul "Textual Criticism and Qur'an Manuscripts (Lexington Books, 2012). Mengapa? Ternyata buku karya Keith Small tersebut menjadi salah satu buku yang "diobok-obok" oleh Asma Hilali dalam karya akademiknya "The Sanaa Palimsest" tersebut.

Karya Keith Small itu merupakan buku yang secara khusus membahas "Textual Criticism" atas teks dan kodeks berdasar berbagai manuskrip Quran, termasuk manuskrip Sanaa. Keith Small membandingkan belasan manuscript Quran awal dgn Quran masa kini Mesir Edition 1924 dan menemukan adanya perbedaan signifikan, dalam studi kasus QS 14:35–41.

Namun, dengan metode "Textual Criticism" yang sama, Asma Hilali justru menemukan adanya kecacatan analisis temuan Keith Small tentang adanya perbedaan signifikan pada teks Quran - yang menurut Asma Hilali - asumsi Keith Small tersebut akibat kesalahan baca (misreading) terkait teks Quran kuno dari tataran ortografi hingga kajian semantik.

Teks-teks Quran yang fragmentaris yang dikaji oleh Asma Hilali berdasarkan temuan manuskrip-manuskrip Sanaa tersebut dapat dikatakan sebagai "penjungkirbalikan" atas analisis data "misreading" dari Keith Small. Anggapan Keith Small tentang adanya perbedaan signifikan pada teks Quran itu pada akhirnya runtuh dengan adanya analisis filologis yang bersifat pembanding, gagasan Asma Hilali. Analisis filologis itu tentu saja atas penemuan teks-teks kuno Quran di Sanaa, yang dalam konteks ini bisa disebut sebagai "the manuscripts of Quran in the Qumran of Islam."

Since its discovery in 1972, the manuscript 01 - 27.1 from the Dar al-Makhtutat, Sanaa has raised more and more interest, both among scholars of the Quran as well as in the media.

(Sejak ditemukan pada tahun 1972, manuskrip 01 - 27.1 dari Dar al-Makhtutat, Sanaa telah membangkitkan minat yang semakin meningkat, baik di kalangan sarjana Al-Quran maupun di media).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement