Kamis 20 Jun 2019 15:20 WIB

Pemisahan Tenda Pendaki di Rinjani Perlu Kajian Matang

Masyarakat perlu memahami potensi wisata halal tanpa harus fobia.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Indira Rezkisari
Menikmati  Gunung Rinjani dari Bukit Pergasingan, Sembalun, Lombok.   (Republika/ Wihdan Hidayat)
Foto: Republika/ Wihdan
Menikmati Gunung Rinjani dari Bukit Pergasingan, Sembalun, Lombok. (Republika/ Wihdan Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pegiat Pariwisata Indonesia, Taufan Rahmadi, pada dasarnya mendukung upaya implementasi branding wisata halal Lombok dengan objek wisata di Gunung Rinjani. Meski begitu, kata Taufan, wacana tersebut harus dipersiapkan dengan baik.

"Sebagai seorang penggiat dan pemerhati pariwisata, saya setuju dengan apa yang disampaikan Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Bapak Sudiyono, namun usulan saya, pemerintah daerah setempat perlu mengkaji ulang atas wacana tersebut agar dapat memberikan pemahaman yang baik," ujar Taufan di Mataram, NTB, Kamis (20/6).

Baca Juga

Pernyataan Sudiyono yang dimaksud Taufan adalah rencana pemisahan tenda laki-laki dan perempuan serta penutupan jalur pendakian Gunung Rinjani melalui pintu Sembalun setiap Jumat. Rencana itu pada akhirnya dibatalkan oleh Sudiyono.

Taufan yang pernah menjabat sebagai Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB mengatakan sektor pariwisata Lombok yang dikenal populer lewat wisata halal atau ramah terhadap wisatawan muslim seharusnya memberikan dampak perekonomian bagi masyarakat sekitar. Juga memberikan keberkahan dengan tidak melanggar norma agama dan adat masyarakat Lombok.

Taufan menjabarkan, pemahaman wisata dalam Islam adalah Safar (bepergian) untuk Tadabbur atau merenungi keindahan ciptaan Allah SWT, menikmati indahnya alam nan agung sebagai pendorong jiwa manusia untuk menguatkan keimanan terhadap keesaan Allah SWT dan memotivasi diri untuk menunaikan kewajiabn hidup.

"Karena penyegaran jiwa juga perlu untuk memulai semangat kerja baru," ucap Taufan.

Taufan melanjutkan, sebagian orang berpandangan bahwa wisata itu indentik dengan perbuatan dosa. Namun, ucap Taufan, dalam ajaran Islam yang bijaksana terdapat hukum yang mengatur dan mengarahkan agar wisata tetap menjaga maksud yang telah disebutkan tadi, yakni tidak sampai keluar dari batas sehingga seakan-akan wisata menjadi sumber keburukan dan dampak negatif bagi masyarakat. Hal ini kemudian yang melahirkan program wisata halal Lombok. Taufan menambahkan, sosialisasi pemahaman terkait wisata halal perlu terus diberikan kepada masyarakat.

"Sangat diperlukan adanya pemahaman yang komprehensif dalam pembahasan wisata halal ini agar masyarakat dapat mengerti apa sih yang dimaksud dengan wisata halal itu," kata Taufan.

Menurut Taufan, program wisata halal memiliki potensi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Bahkan, dia katakan, beberapa negara dengan mayoritas penduduk non-Muslim telah lebih dahulu mengembangkan konsep wisata halal.

Taufan mengajak masyarakat melihat apa yang dilakukan Pemerintah Thailand yang giat mempromosikan wisata halal karena mengetahui ada pemasukan besar di balik program tersebut.

"Bagaimana dengan Indonesia yang tidak kalah indah pemandangan alamnya, namun mengapa seakan kita phobia mendengar kalimat wisata halal," kata Taufan menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement