Rabu 19 Jun 2019 21:51 WIB

Warga Bandung Keluhkan Pengalihan Penerbangan ke BIJB

Warga pertanyakan akses transportasi ke Bandara Kertajati.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Budi Raharjo
Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati, Majalengka, Jawa Barat
Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati, Majalengka, Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sebanyak 56 penerbangan domestik Bandara Husein Sastranegara Bandung akan dipindahkan ke Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka, pada 1 Juli 2019. Masyarakat Bandung, mengeluhkan hal ini.

Menurut Warga Cijembe Kota Bandung, Wini Widianti (38 tahun), selama ini ia atau suaminya setiap sebulan sekali rutin terbang dari Bandara Husein Sastra Negara ke Makasar. Karena, suaminya bekerja di Makasar sementara ia dan ketiga anaknya tinggal di Bandung.

"Waduh, kalau dipindah ke Majalengka kan jauh banget dari Bandung. Ga deh, mending berangkat dari Jakarta aja kalau gitu mah," ujar Wini kepada Republika, Rabu (19/6).

Mamih mengatakan, ia lebih memilih terbang dari Jakarta karena dari sisi akses lebih mudah. Yakni, bisa pake travel atau bus langsung ke bandara. "Ya dari pada ke Majalengka dulu. Budget transportasi akan double. Aksesnya juga pake apa," katanya.

Wini berharap, kebijakan pemindahan rute ini bisa dievaluasi lagi agar bebannya sebagai perantau bisa lebih ringan. "Ya bayangkan aja, tiket pesawat sekarang mahal banget. Terus sekarang bandara jauh. Aduh semakin sulit saya untuk menengok suami dan orang tua di Makasar," katanya.

Senada dengan Wini, Warga Bandung lainnya yang tinggal di daerah Cingised Kota Bandung, Nani Surani (45 tahun), memilih untuk terbang melalui Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta dari pada ke Majalengka. Karena, dari sisi akses lebih mudah dan cepat.

"Suami saya bekerja di Banjarmasin. Jadi saya cukup sering terbang dari Husein. Kalau dipindahkan lebih baik terbangnya dari Jakarta," katanya.

Sementara menurut Anggota Komisi 4 Daddy Rohanandi, Kemenhub sudah sepakat dengan maskapai pindah ke Kertajati sejak 15 Juni ini. Kebijakan ini memang mutlak dibutuhkan untuk Kertajati  kalau tak mau membiarkan Kertajati mati suri.

"Pemindahan ini juga diharapkan akan membuat masyarakat Jabar yakin bahwa Pusat masih peduli untuk menjadikan bandara di kabupaten Majalengka tersebut sebagai salah satu pengungkit roda perekonomian Jabar," paparnya.

Daddy menilai, memang masih ada beberapa Pekerjaan Rumah yang harus diaelesaikan di BIJB. Di antaranya,  belum adanya hotel, rumah sakit, mall, angkutan dari dan ke bandara, serta akses tol ke Tol Cipali. "Saya berharap, pemindahan ini juga diharapkan menjadi trigger percepatan penyelesaian Tol Cisumdawu," katanya.

Dengan demikian, kata dia, Jabar sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di negeri ini pun nantinya bisa memberangkatkan haji dan umrah dari Kertajati. "Saya optimistis, pemindahan rute ini bisa membuat BIJB hidup tapi akselerasinya tidak sehebat kalau Kertajati juga dijadikan embarkasi haji," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement