Senin 17 Jun 2019 22:47 WIB

Mitigasi Bencana Perlu Lebih Masif di Kawasan Wisata

Pendakian jalur Rinjani kembali dibuka.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Dwi Murdaningsih
Kondisi Gunung Rinjani saat tim gabungan melakukan survei lapangan pada Sabtu (16/3).
Foto: Dokumen Balai TNGR
Kondisi Gunung Rinjani saat tim gabungan melakukan survei lapangan pada Sabtu (16/3).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TIMUR -- Kepala Dinas Pariwisata Lombok Timur Mugni mendukung pembukaan kembali jalur pendakian Gunung Rinjani pada Jumat (14/6). Mugni mengungkapkan, sebagai wilayah dengan dampak cukup akibat gempa, Sembalun dan jalur pendakian Gunung Rinjani tentu harus memiliki upaya lebih masif dalam sosialisasi mitigasi bencana.

Mugni berharap, dibukanya kembali jalur pendakian dapat mendorong kembali perekonomian warga Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, yang berada di kaki Gunung Rinjani.

Baca Juga

Mugni menyampaikan pembukaan kembali jalur pendakian merupakan keputusan yang diambil Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) berdasarkan hasil kajian survei lapangan dengan melibatkan tim ahli geologi, pemda, dan para pelaku usaha wisata.

"Jadi sudah ada tanda-tanda ketika ada kondisi darurat harus evakuasi ke mana," kata Mugni.

Mugni menambahkan, Pemkab Lombok Timur juga akan terus melakukan sosialisasi mitigasi bencana lebih intens di kawasan Sembalun agar masyarakat dan wisatawan lebih memahami kondisi kebencanaan dan langkah-langkah yang harus dilakukan saat terjadi bencana.

"Kita harus lebih banyak mengadakan simulasi mitigasi bencana, tidak hanya untuk gempa, tapi banjir juga karena Sembalun juga kerap dilanda banjir," ucap Mugni.

Mugni tidak menampik jika penutupan jalur pendakian Gunung Rinjani yang hampir satu tahun lamanya pascagempa tahun lalu berdampak bagi masyarakat Sembalun yang selama ini bergantung pada sektor pariwisata untuk jalur pendakian.

"Sebelum dibuka, okupansi kamar hotel maupun homestay di Sembalun merosot hingga 30 persen. Kini dengan dibuka kembali jalur pendakian, kami optimistis okupansi bisa seperti sebelum gempa," ujar Mugni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement