Senin 17 Jun 2019 10:17 WIB

Warga Samarinda Diingatkan Risiko Penyakit Pascabanjir

Relawan Samarinda mengingatkan ada tujuh penyakit yang rawan muncul pascabanjir.

Dua pria menarik perahu yang disewakan untuk mengangkut puluhan barang milik pemilik toko yang dievakuasi dari kawasan Jalan A Yani yang terendam banjir di Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (12/6/2019).
Foto: Antara/Kirana Larasati
Dua pria menarik perahu yang disewakan untuk mengangkut puluhan barang milik pemilik toko yang dievakuasi dari kawasan Jalan A Yani yang terendam banjir di Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (12/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Tim Medis Relawan Banjir dari Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda, Kalimantan Timur, mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai berbagai penyakit yang berpotensi muncul pascabanjir di daerah itu. Tim tersebut mengungkapkan, setidaknya ada tujuh penyakit yang rawan muncul pascabanjir.

"Ini juga sudah pernah terjadi di Aceh, maka semua pihak harus terus waspada agar tidak terserang penyakit pascabanjir," ujar Koordinator Tim Medis GMSS-SKM dr Bahrul Huda di Samarinda, Senin.

Baca Juga

Berbagai penyakit yang perlu diwaspadai pascabanjir, antara lain leptospirosis. Penularan penyakit itu dari kotoran dan kencing tikus yang dibawa banjir yang bisa menginfeksi melalui kontak dengan air yang mengandung kencing tikus dan masuk lewat luka pada jaringan tubuh.

Selain itu, diare. Penyakit itu terjadi karena individu yang kurang menjaga kebersihan. Apalagi air yang dibawa banjir menyebabkan terkontaminasinya sumber air dengan berbagai macam sampah.

Di samping itu, penyakit demam berdarah yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti juga berpotensi menjangkiti warga. Nyamuk itu mudah berkembang pada air yang menggenang, terutama botol bekas, kaleng bekas, ban bekas, dan benda lain yang terseret banjir.

Selain itu, infeksi saluran pernapasan (ispa) yang disebabkan bakteri atau virus pun perlu diwaspadai. Ispa mudah menyebar pada warga di tempat pengungsian. Jika di kawasan tersebut ada yang menderita ispa, yang lain bisa tertular.

"Antisipasi juga penyakit kulit," ujarnya.

Penyakit saluran cerna berupa maag karena makan tidak teratur pun bisa mengusik warga korban banjir. Masyarakat juga disebut rawan terjangkit tifus karena tercemarnya makanan oleh bakteri.

"Waspadai pula memburuknya penyakit kronis akibat kelelahan sehingga menyebabkan turunnya daya tahan tubuh, apalagi jika banjir terjadi berhari-hari seperti sekarang," katanya.

Menurut Bahrul, masyarakat luas harus memahami dan dapat melakukan sendiri cara mencegah terjadinya penyakit akibat banjir. Ia mengatakan, langkah teknis yang perlu dilakukan masyarakat dalam mencegah penyakit setelah banjir, antara lain membersihkan tempat tinggal, dimulai dengan mengemas sampah dan membuang pada tempatnya, membersihkan rumah dengan desinfektan, dan menutup lubang air.

Masyarakat, menurut Bahrul, juga perlu mendapatkan perawatan medis secepatnya untuk mencegah penurunan kondisi tubuh dan mengobati luka yang terbuka, memakai alas kaki keras jika berjalan di sekitar genangan air yang masih tersisa di sejumlah kawasan di Samarinda.

Bahrul mengimbau agar masyarakat melakukan praktik higienis dengan memasak air sampai mendidih, menyiapkan sayuran atau makanan bersih, dan cuci tangan dengan sabun di air mengalir.

"Karena penyakit pascabanjir merupakan ancaman kesehatan, maka penanganannya dengan memperbaiki kualitas kesehatan lingkungan dan kecukupan air bersih," ucap Bahrul.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement