Sabtu 15 Jun 2019 07:04 WIB

Uji Nyali di Jembatan Gobang Tasikmalaya

Jembatan Gobang merupakan akses tercepat warga menuju kota terdekat.

Rep: Bayu Adji/ Red: Friska Yolanda
Pengendara roda dua memaksa melintas di Jembatan Gobang yang menghubungkan Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya dengan Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya, Juma (14/6).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Pengendara roda dua memaksa melintas di Jembatan Gobang yang menghubungkan Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya dengan Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya, Juma (14/6).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Jembatan Gobang, yang menghubungkan antara Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya dengan Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya, dibiarkan tak terawat. Namun, masih banyak masyarakat pejalan kaki maupun yang menggunakan kendaraan roda dua melintasi jembatan tersebut.

Sofyan Sani (23 tahun), salah satu warga Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, mengaku sengaja melintasi jembatan itu. Pasalnya, tempat kerjanya yang berada di Kecamatan Purbaratu, Kota Tasikmalaya, lebih dekat dilalui lewat jembatan penghubung tersebut.

"Tiap saya hari lewat sini. Kalau lewat Manonjaya mah memutarnya jauh," kata dia saat ditemui Republika.co.id ketika hendak melalui Jembatan Gobang, Jumat (14/6).

Menurut dia, rusaknya jembatan itu sudah terjadi sejak lama. Namun ia tak tahu pasti kapan tepatnya. Padahal, ketika masih bagus jembatan itu juga dilalui oleh kendaraan roda empat. 

Sofyan mengakui, pihak pemerintah pernah beberapa kali memperbaiki jembatan itu. Namun, perbaikan yang dilakulan hanya mengganti kayu bantalan dan mengecat ulang besi di jembatan. Ketika jembatan kembali rusak, belum ada perbaikan lanjutan.

"Harapannya diperbaiki supaya layak pakai," ujar dia.

Sementara itu, Dadan (44), mengaku setiap hari melewati jembatan itu. Rumahnya yang berada di Kampung Gobang, Kelurahan Singkup, Kecamatan Purbaratu, membuat dirinya lebih memilih belanja kebutuhan hariannya di Pasar Manonjaya lantaran lebih dekat. Untuk menuju Pasar Manonjaya, rute terdekat adalah melalui Jembatan Gobang.

"Lewat sini tiap hari, karena lebih dekat. Kalau memutar lewat Awipari tiga kali lipat jauhnya," kata dia.

Dadan mengaku sedikit takut setiap melintasi jembatan tersebut. Apalagi, ketika memasuki musim hujan, yang notabene kayu-kayu bantalan jembatan menjadi lebih licin. Namun, tak ada jalur lain yang lebih atau sama dekat, membuat ia nekat melintasi jembatan tak layak pakai itu.

Meski begitu, menurut dia selama ini belum pernah ada kecelakaan di jembatan tersebut. Hanya, beberapa kali ada motor yang terpeleset dan jatuh ketika melintasi jembatan. "Tapi gak sampai nyebur," kata dia.

Ia berharap, pemerintah dapat segera memperbaiki kondisi jembatan itu. Sehingga, bukan hanya kendaraan roda dua dan pejalan kaki saja, melainkan juga dapat dilalui kembali oleh kendaraan roda empat.

Sementara itu, Wawan (55), salah satu warga sekitar mengatakan, sudah sejak setahun terakhir kondisi Jembatan Gobang tak layak pakai. Ia yang baru dari 2014 tinggal di kampung tersebut menuturkan, baru dua kali ada perbaikan. Namun setelah perbaikan, jarang dilakukan pengontrolan terhadap jembatan tersebut. Padahal, menurut dia, banyak orang yang melalui jembatan itu untuk beraktivitas sehari-hari.

Ia mengatakan, selama dirinya tinggal di Tasikmalaya belum pernah ada kejadian kecelakaan di jembatan tersebut. Hanya, beberapa kendaraan sering mengalami rem blong di jalan tersebut karena konturnya yang menurun. Sementara di Jembatan Gobang, lebih sering kendaraan roda dua terpeleset, tapi tak sampai jatuh ke jurang.

photo
Pengendara motor melintasi Jembatan Bailey Gobang yang rusak di Kampung Gobang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (14/6/2019).

Berdasarkan pantauan Republika.co.id pada Jumat (14/6), jembatan bailey yang melintasi Sungai Cikalang itu dalam kondisi tak layak pakai. Kayu-kayu bagian bawah jembatan telah banyak yang rapuh. Bahkan, celah di antara kayu-kayu tersebut ada yang sampai jaraknya 20 sentimeter. Sementara kontur besi yang menjadi alas bantalan kayu itu memanjang searah dengan jalur jembatan, sehingga ban kendaraan berpotensi yang melintas di jembatan itu berpotensi masuk jika jarak celah terlalu panjang.

Sebagian kayu bantalan yang rapuh telah diganti bambu oleh warga sekitar. Namun, pada sisi yang jembatan lainnya, tak ada kayu yang menjadi bantalan. Karena itu, kendaraan yang mau melintas di jembatan sepanjang 20 meter dengan lebar empat meter tersebut, mesti bergantian.

Menurut Wawan, mengganti kayu-kayu balok bantalan yang terlepas dari jembatan dengan bambu merupakan inisiatif warga sekitar. Pasalnya, jembatan itu cukup ramai dilalui warga.

"Kalau ada yang parah ya orang-orang sini saja yang benerin. Cuma harusnya kan dari pemerintah," kata dia.

Di sisi-sisi jembatan, sebenarnya terdapat plang larangan dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Tasikmalaya bagi warga agar tidak melintasi jembatan tersebut. Namun, warga yang terlanjur sampai tetap tak peduli dan menerobos jembatan itu.

"Dulu ada mobil memaksa, bannya jeblos," kata dia.

Wawan menjelaskan, warga yang umumnya memilih melintasi Jembatan Gobang disebabkan jalur itu memang lebih cepat. Menurut dia, melalui jembatan itu warga bisa lebih cepat menuju Manonjaya, Ciamis, bahkan Banjar. 

"Siang malam banyak juga yang lewat. Apalagi di sini banyak yang kerja di Ciamis, jadi pulang kerja lewat sini," kata dia.

Ia meminta, pemerintah harus cepat memerbaiki jembatan itu. Jangan sampai, kata dia, sudah ada korban baru pemerintah bertindak.

"Kalau kita usul, didiemin doang malah," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement