Kamis 13 Jun 2019 18:33 WIB

MDMC Hadiri Pertemuan WHO di Bangkok

MDMC diminta memaparkan pelayanan kesehatan di situasi konflik.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
dr Corona dari MDMC saat mengisi Emergency Medical Team (EMT)  Global Meeting 2019 di Bangkok.
Foto: mdmc
dr Corona dari MDMC saat mengisi Emergency Medical Team (EMT) Global Meeting 2019 di Bangkok.

REPUBLIKA.CO.ID,  BANGKOK -- Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMD) turut serta dalam Emergency Medical Team (EMT) Global Meeting 2019 di Bangkok. Itu merupakan pertemuan tiga tahunan yang digelar WHO.

Pertemuan kali ini digelar 12-14 Juni 2019. Hadir perwakilan-perwakilan 90 negara dan enam regional mulai Afrika, Amerika, Eropa, Mediterania, Asia Tenggara dan Pasifik.

Baca Juga

 

Dari Indonesia, ada Alghazali dari Kementerian Kesehatan, Istiana dari PMI, Suswardana dari TNI. Ada pula Corona Rintawan dari MDMC, dan Abdoel Malik dari EMT Muhammadiyah.

Pada kesempatan itu, MDCM diminta memberikan sumbangsih pemikiran selama ini. Utamanya, terkait pelayanan kesehatan di situasi yang kompleks atau konflik bersenjata.

 

Dalam paparannya, Corona menyampaikan jika Muhammadiyah memiliki pengalaman memberikan pelayanan kesehatan di berbagai situasi konflik. Mulai dari Sampang, Madura dan Lampung.

"Muhammadiyah telah memiliki prosedur tersendiri dalam penanganan korban massal yang dalam hal ini terkait dengan konflik maupun kerusuhan," kata Corona di Royal Orchid Sheraton Hotel.

 

Selain itu, perkhidmatan dilakukan Muhammadiyah AID. Programnya dipimpinLembaga Hubungan Luar Negeri PP Muhammadiyah bersama MDMC, Lazismu dan lembaga-lembaga terkait di Muhammadiyah.

Senada, Malik menyampaikan, Muhammadiyah telah melewati 100 tahun tanggap darurat bencana dan konflik sosial. Respon pertama kali dilakukan pada 1919 untuk Indonesia.

 

"Kita kembangkan sayap rahmatan lil 'alamin lebih jauh dengan letakkan fondasi di Asia melalui pelayanan kemanusiaan situasi darurat Malaysia, Filipina, Nepal, Bangladesh dan Palestina," ujar Malik, Rabu (12/6).

Manager EMT WHO, Ian Norton menjelaskan, Thailand sebagai tuan rumah dipilih karena keberhasilan dalam menyatukan klinis dan kesehatan masyarakat. Itu dirasa menjadi contoh baik bagi semua.

 

Untuk itu, mereka mengajak mengesampingkan dulu urusan politik dan mengedepankan kemanusiaan. Ia menekankan, tanggapan darurat penanganan klinis dan pelayanan kesehatan tidak cukup niat baik.

"Niat baik tidak cukup, pertemuan ini untuk membahas prinsip, standar dan kualitas pelayanan kesehatan," kata Ian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement