Senin 03 Jun 2019 15:45 WIB

Ada Simbol Illuminati di Masjid Tol Cipularang?

Segitiga sama seperti simbol lainnya, universal. Bukan cuma milik illuminati.

Muhammad E Fuady, dosen Fikom Unisba
Foto:

Saya kemudian menjadi khawatir netizen yang mengikuti isu ini malah bertanya-tanya pada dirinya, benarkah bila shalat di masjid itu berarti ia tak menyembah Allah, melainkan segitiga satu mata. Shalatnya menjadi tak nyaman. Bukannya khusu', jamaah masjid malah berpikir liar ke sana ke mari.

Sebagian orang yang anti terhadap kajian/penafsiran khas tanda akhir zaman dan konspirasi global, biasanya juga mencibir jamaah pengajian sebagai "orang-orang dengan teori langit yang hobi berhalusinasi".

Bagi jamaahnya ataupun bukan, ceramah Ustadz Rahmat Baequni sebenarnya membuka perspektif yang lain tentang akhir zaman dan wawasan tentang simbol. Seperti banyak tulisan Prof Mansur Suryanegara di berbagai bukunya tentang simbol, warna, dan angka.

Perbedaannya, Prof Mansur Suryanegara bicara tentang makna dari simbol sejarah di masa lalu. Misal nama batik untuk pakaian tradisional dipilih Sunan Kalijaga agar masyarakat ingat bahwa huruf "ba" (hijaiyah) itu ada titiknya, jadi disebutlah dengan "batik".  Atau bendera merah putih sebagai warna kesukaan Rasulullah.

Sementara Ustadz Rahmat Baequni banyak mengulas tentang tanda di masa depan berdasarkan ayat atau hadits yang dipelajarinya. Penyuka misteri masa depan, semiotika, atau novel Dan Brown akan menyukai paparannya. Manusia memang memiliki keingintahuan yang sangat besar mengenai nubuat/ramalan dan masa depan.

Kekhawatiran lainnya adalah muncul cibiran terhadap arsitek Masjid Al Safar, Ridwan Kamil. Mungkin karena rekam jejak politik. Padahal sejauh ini, arsitek masjid yang juga Gubernur Jawa Barat tersebut tak pernah meminta fee untuk desain masjid alias gratis.

Saya pribadi memandang adanya pihak yang meyakini kaitan antara masjid dengan illuminati, silakan saja. Sebagai satu pendapat atau hipotesis itu sah. Negara demokrasi menjamin pemikiran dan pendapat warganegaranya. Satu hal yang penting adalah jangan saling mencibir dan menjelekkan di antara pihak yang pro dan kontra tentang hal itu. Bersikap proporsional saja dalam menanggapi perbedaan pendapat.

Menurut saya, dajjal bermata satu, malah cukup pas ditafsirkan dan dikaitkan dengan keberadaan media. Pesawat televisi, layar komputer, laptop, tablet, hape, dan gawai lainnya yang nyata-nyata "bermata satu" dan menyajikan berbagai konten yang membuat penggunanya menjadi jahiliyah.

Fitnah, dusta, dan kebohongan, teramat marak di post-truth era. Mungkin gawai ini memang "dajjal kecil" yang membawa ujian besar pada umat Nabi Muhammad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement