Selasa 28 May 2019 14:39 WIB

Organda: Tiket Pesawat Jangan 'Dibanting' Lagi

Harga tiket pesawat tujuan Padang sudah ideal.

Sejumlah calon penumpang pesawat udara, berada di konter check in, Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padangpariaman, Sumatera Barat, Kamis (24/1/2019).
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Sejumlah calon penumpang pesawat udara, berada di konter check in, Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padangpariaman, Sumatera Barat, Kamis (24/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Sumatera Barat, Sengaja Budi Syukur, menilai harga tiket pesawat saat ini sudah sangat ideal. Ia meminta harga tiket pesawat jangan 'dibanting' lagi karena bisa membunuh moda transportasi darat.

"Batas atas tiket full service Jakarta-Padang Rp 1.476.000 sudah tepat. Angkutan darat bisa hidup kembali," katanya di Padang, Selasa (28/5).

Baca Juga

Ia menyebut ketika harga tiket pesawat sangat murah, bahkan ada yang Rp 500 ribuan sekali jalan, moda angkutan darat untuk penumpang sangat tertekan. Organda harus menanggung biaya operasional yang cukup tinggi sementara penumpang tidak seberapa.

Perbedaan harga tiket yang tidak signifikan membuat masyarakat cenderung lebih memilih menggunakan pesawat karena waktu tempuh hanya 1,5 jam dibanding waktu tempuh menggunakan bus sekitar 30 jam. Namun sejak akhir Desember 2018 harga tiket pesawat melambung tinggi hingga masyarakat menjadi berfikir dua kali menggunakan moda transportasi udara dan mulai kembali melirik transportasi darat.

Jumlah penumpang bus naik signifikan dua hingga tiga kali lipat. Sehingga, pengusaha angkutan darat mulai berani kembali berinvestasi untuk memodifikasi armadanya agar lebih nyaman dan sesuai dengan keinginan penumpang.

"Untuk angkutan super eksekutif sudah sangat nyaman. Rata-rata sudah punya toilet sehingga bus tidak perlu sering berhenti," ujarnya. Tarifnya juga sangat kompetitif yaitu Rp 500 ribu sekali jalan sehingga tidak terlalu memberatkan masyarakat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement