Jumat 24 May 2019 17:13 WIB

Delegasi Bank Dunia Belajar Solusi Stunting di Lombok Barat

Lombok Barat dijadikan tempat pembelajaran stunting bagi perwakilan Bank Dunia.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Christiyaningsih
Anak-anak yang mengalami stunting cenderung bertubuh kerdil.
Foto: BBC
Anak-anak yang mengalami stunting cenderung bertubuh kerdil.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Delegasi World Bank (Bank Dunia) yang diwakili beberapa negara, seperti Maroko, Kamboja, dan Timor Leste didampingi Bappenas mengunjungi Kabupaten Lombok Barat pada Rabu (22/5). Sekda Lombok Barat Mohammad Taufiq mengatakan, Lombok Barat dijadikan tempat pembelajaran bagi perwakilan Bank Dunia.

"Mereka datang untuk mempelajari proses penanganan kasus stunting di Lombok Barat," ujar Taufiq dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Jumat (24/5).

Baca Juga

Taufiq mengklaim Kabupaten Lombok Barat menjadi yang pertama mampu menurunkan angka kasus stunting secara signifikan. Rencananya, sebanyak 17 delegasi dari negara tetangga ini akan turun mengunjungi beberapa desa di Lombok Barat. Mereka akan melihat langsung bagaimana para tenaga kesehatan bekerja dan nantinya akan diterapkan di negara masing-masing.

"Pemerintah Kabupaten Lombok Barat mengapresiasi para delegasi yang memilih Kabupaten Lombok Barat sebagai tempat kajian mengenai stunting," lanjut Taufiq.

Kepala Dinas Kesehatan Lombok Barat Rachman Sahnan Putra mengatakan, pemerintah pusat menetapkan Kabupaten Lombok Barat bersama tiga daerah lain di Indonesia sebagai daerah percontohan penanganan kasus stunting pada 2017. "Pemerintah menilai program, terobosan, dan komitmen dari para kepala daerah tersebut sangat baik menghadapi stunting," kata Rachman.

Dia menyebut angka kasus stunting pada 2007 di Lombok Barat sebesar 49 persen. Dinas Kesehatan melakukan sejumlah inovasi untuk menurunkan angka stunting. Langkah itu mulai dari sensus terhadap seluruh balita di Lombok Barat, inovasi Gerakan Masyarakat Sadar Gizi (Gemadazi), Gerakan Masyarakat 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), dan upaya penguatan sistem melalui e-Puskesmas, e-Pustu, e-Poskesdes dan e-Posyandu.

Rachman menambahkan dengan keterlibatan lintas sektor, angka stunting dapat turun menjadi 32 persen pada 2016. "Data terakhir menunjukkan pada Februari 2019 terjadi penurunan angka stunting di Lombok Barat menjadi 25,04 persen. Angka tersebut bahkan di bawah rata-rata nasional," jelas Rachman.

Pemkab Lombok Barat melalui Dinas Kesehatan menargetkan pada 2020 mampu menurunkan angka stunting menjadi 15 persen sehingga target Lombok Barat Bebas Stunting pada 2024 dapat tercapai. "Dalam upaya penurunan stunting, kita berharap agar koordinasi lintas program dan lintas sektor semakin efektif sehingga percepatan penurunan angka stunting di Lombok Barat semakin cepat," terang Rachman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement