REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta agar semua pihak menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan suci yang tidak dinodai dengan tindakan-tindakan anarkis. Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Robikin Emhas mengatakan, jangan sampai tindakan anarkis mengganggu ketenteraman dan ketenangan orang lain untuk bekerja dan beribadah.
Pada sepertiga terakhir bulan Ramadhan, kata Robikin, umat Islam diimbau agar memperbanyak dzikir, tafakkur, dan doa untuk keselamatan bangsa dan negara. "Mengimbau kepada semua pihak tunduk terhadap mekanisme konstitusional atas ketidak-puasan terhadap hasil pemilu," kata Robikin dalam keterangan tertulis, Kamis (23/5).
Robikin berharap, seluruh komponen bangsa dapat melakukan islah (berdamai). Hal itu, bertujuan untuk merajut kembali persatuan dan kesatuan bangsa dan menghindari sikap yang dapat memperpanjang polarisasi (perkubuhan) dan segregasi (perpecahan).
Selain itu, Robikin meminta kepada aparat kepolisian dan aparat negara lainnya untuk bertindak dalam koridor hukum dan perundang-undangan dalam menjaga keamanan dan ketertiban. Aparat kepolisian, kata Robikin, perlu bertindak tegas terhadap para perusuh dan pembuat onar demi menjaga ketenteraman dan ketenangan bulan Ramadhan.
Dia menambahkan, semua pihak yang sempat berkompetisi pada pemilu 2019 dapat saling bermaaf-maafan. "Mendorong penyelenggaraan halal bihalal nasional guna merajut kembali tali ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam), ukhuwah wathaniya ,(persaudaraan bangsa), dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan umat manusia)," ujarnya.