REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu jenazah tanpa identitas di RSUD Tarakan Jakarta akhirnya berhasil diidentifikasi atas nama Yudianto Rizky Ramadhan berusia 18 tahun. Jenazahnya telah diambil pihak keluarga pada Rabu, (22/5) siang.
Tante korban, Widya yuliani tiba dengan histeris di RSUD Tarakan. Ia menangis tersedu-sedu mencari keponakannya. Ia merasa kecewa dengan pihak kepolisian. Sebab ia menganggap polisi menggunakan peluru tajam hingga nyawa keponakannya melayang.
"Mana pak Presiden? katanya peluru bohongan. Meninggal kan tuh keponakan saya, masih kelas 3 SMA," katanya kepada wartawan.
Ia mendapati keponakannya tewas akibat luka di bagian tenggorokan. Jenazah korban, kata dia, didapati di Masjid An Nur KS Tubun, Petamburan. "Mana katanya karet? Semua itu peluru," ucapnya.
Widya mengklaim keponakannya memang ingin melakukan aksi massa menyikapi hasil Pilpres. Ia mengklaim tak ada pihak yang menyuruh keponakannya ikut serta karena atas kemauan sendiri. "Dia mau Jihad di Petamburan. Memang dia mau sendiri. Tapi dia sudah kita larang," ujarnya.
Sementara, polisi melakukan pengecekan terhadap kebenaran informasi adanya demonstran yang meninggal dunia dari peristiwa kericuhan dini hari tadi. Polisi memastikan, petugas pengamanan unjuk rasa tidak dibekali peluru tajam.
"Di situ memang ada beberapa massa yang terluka dan ini sedang kita cek dan investigasi. Ada beberapa informasi ada yang meninggal dunia, sedang kami cek. Nanti ada waktunya akan disampaikan," ujar Kepala Divisi Humas Polri, Inspektur Jenderal Muhammad Iqbal, di Kemenko Polhukam, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (22/5).
Terkait dengan informasi adanya peluru tajam saat peristiwa kericuhan terjadi, Iqbal memastikan, instruksi Kapolri dan Panglima TNI sudah sangat jelas, yakni petugas pengamanan unjuk rasa tidak dibekali dengan peluru tajam. Jika ada yang menggunakan peluru tajam, kata dia, maka itu bukan dari personel TNI-Polri yang melakukan pengamanan unjuk rasa tersebut.
"Kami yakinkan kalau ada yang gunakan peluru tajam, diyakinkan itu bukan personel pengaman dari TNI-Polri pada konteks unjuk rasa," tuturnya.