Selasa 21 May 2019 17:04 WIB

Fasilitas Lalin Jabar yang Terpasang Optimal Baru 28 Persen

Belum lengkapnya fasilitas membuat banyak titik belum terjangkau lalin.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
 Lalu lintas di Jalan Raya Diponegoro, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Foto: Republika/Muhammad Tiarso Baharizqi
Lalu lintas di Jalan Raya Diponegoro, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Perhubungan Jawa Barat (Jabar), mengimbau para pemudik yang akan menggunakan jalan provinsi di Jawa Barat bisa lebih berhati-hati khususnya kala melintas malam hari. Karena, menurut Kepala Dinas Pehubungan Jawa Barat Hery Antasari, tidak semua titik yang semestinya terdapat fasilitas lalu lintas (lalin) terpenuhi secara optimal.

"Dari jalan milik Pemprov Jabar sepanjang 2.800 kilometer, yang fasilitas Lalinnya optimal baru 28 persen saja," ujar Hery dalam acara Jabara Punya Informasi (Japri) tentang Kesiapan Menjelang Lebaran Tahun 2019, di Gedung Sate, Selasa (21/5).

Baca Juga

Hery menjelaskan, dengan belum lengkapnya fasilitas artinya masih banyak titik yang belum terjangkau lalin. Serta, membahayakan pemudik yang akan melintas.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, kata dia, Dishub Jabar berharap bantuan masyarakat sekitar yang paling dekat dengan daerah rawan kecelakaan untuk menyediakan rambu darurat. Tentunya, dengan supervisi dari dinas perhubungan kabupaten atau kota setempat.

Selain meminta bantuan sukarela dari  masyarakat sekitar, kata dia, Dishub Jabar juga telah berdiskusi dengan berbagai pihak termasuk perusahaan daerah dan swasta agar bisa memberikan bantuan tambahan lalin. Dalam praktiknya, perusahaan yang bersangkutan bisa memasang rambu-rambu dengan mencantumkan nama perusahaan.

"Tapi itu masih tergantung dengan Dishub daerahnya masing-masing," katanya.

Hery mengatakan, berdasarkan data Kementerian Perhubungan jumlah pemudik tahun ini akan meningkat mencapai 18,2 juta yang berasal dari kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). 14,9 juta pemudik akan melintas di daerah jawa Barat, dengan 89 persen berangkat ke arah timur untuk masuk ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan 11 persen akan menggunakan jalur selatan dan barat.

Menurut Hery, pertambahan jumlah pemudik dan sistem mudik di jalan tol yang akan menggunakan sistem one way atau satu jalan diprediksi membuat alur mudik di jalan arteri pun akan berubah. Penggunaan tol satu jalan semakin mempercepat penumpukan kendaraan yang akan akan melintas di jalur arteri baik lintas utara, tengah, maupun selatan Jabar.

"Ini (sistem satu jalur) harus segera disikapi. Dalam waktu dekat disbuh se-Jabar akan rapat dan mengevaluasi dampak dari sistem tersebut," papar Hery.

Menurut Hery, untuk memuluskan arus mudik di perlintasan non-tol khususnya di daeerah seperti Garut dan Tasikmalaya, Dishub daerah akan melakukan antisipasi kelancaran pemudik di dekat pasar tradisional yang masih ramai dengan keberadaan delman atau becak. Angkutan non-kendaraan ini akan diistirahatkan untuk tidak beroperasi selama masa mudik maupun arus balik.

"Ada kompensasi sekitar Rp 75 ribu selama satu minggu. Jadi mereka tidak narik tapi tetap dapat penghasilan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement