REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Layanan penerbangan jamaah umrah ditargetkan akan pada diwujudkan September 2019 nanti. Menurut Direktur PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB) Muhamad Singgih, kesiapan keberangkatan Haji akan otomatis juga berpengaruh pada kesiapan umrah.
"Apalagi, saat ini telah ada 60 biro perjalanan umrah dari berbagai daerah yang sudah bersedia untuk memberangkatkan jamaah lewat Bandara Kertajati," ujar Singgih kepada wartawan, Ahad (19/5).
Singgih berharap, ketika keberangkatan umrah berlangsung, lounge umrah yang akan dibangun sudah selesai. Lounge peruntukan untuk calon jamaah ini disediakan di area lantai tiga keberangkatan internasional seluas 750 meter persegi.
"Lounge ini dilengkapi mushala dan masjid dengan kapasitas sekitar 300 orang," kata Singgih
Penerbangan di Bandara yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 24 Mei ini juga akan kian ramai dimana layanan Umrah setelah musim Haji 2019 ditetapkan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Ini merujuk dari pada rapat Koordinasi Kesiapan Bandara Kertajati bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI Luhut Binsar Panjaitan, serta Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, untuk Pelaksanaan Haji dan Umrah di Jakarta, Jumat 10 Mei 2019 lalu.
Sedangkan pada Juli 2019, kata dia, pemerintah memutuskan bahwa Kertajati bisa dijadikan embarkasi Haji untuk melayani penerbangan direct menuju Makah. Walaupun, memang belum seluruhnya. Namun, setidaknya sekitar 17 kloter yang berasal dari lima kabuaten/kota. Yakni, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan.
"Jumlah itu kemungkinan bertambah, mengingat Kabupaten Sumedang tertarik untuk berangkat dari Bandara Kertajati," katanya.
Ditetapkannya Bandara Kertajati sebagai embarkasi haji tahun 2019 menuntut kesiapan baik dari kebandarudaraan maupun infrastruktur penunjang. Menurut Singgih, Runway atau landasan pacu 3.000 x 60 meter yang saat ini sedang dalam tahap sertifikasi rampung pada Juni 2019.
Panjang Landasan pacu ini lah yang bisa mengantarkan jamaah secara direct menuju Makah. Pesawat yang melayani Boeing 777-300 milik Garuda Indonesia atau Saudi Airlines.
"Kalau tahun lalu mungkin mengapa belum bisa digunakan sebagai bandara haji ? karena baru 2.500 meter runwaynya. Sedangkan saat ini sudah 3.000 meter dan parking area yang sudah bisa menampung 22 pesawat, empat di antaranya untuk wide body," papar Singgih.
Sedangkan untuk item lainnya, kata dia, seperti Bea Cukai, dan Imigrasi sudah tidak ada masalah. Terkait asrama pun, ada beberapa alternatif ihwal asrama untuk calon haji yang sudah disampaikan kepada pemerintah pusat dan daerah.
Salah satunya hotel yang berada di Cirebon yakni Radiant. Hotel dengan fasilitas aula besar dinilai representatif untuk menampung kesiapan satu kloter jamaah sebelum terbang langsung ke Tanah Suci.
“Ada beberapa opsi untuk asrama ini, tapi Hotel di Cirebon ini yang dibidik karena ini dari segi jarak tidak begitu lama dan tempat yang representatif. Kita tinggal menunggu kesepakatannya saja dengan beberapa alternatif yang ada," kata Singgih.