REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Virus Cacar Monyet di Singapura turut menjadi perhatian Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur. Mengingat kedua negara berbatasan dan banyak wisatawan dari Singapura yang masuk Jatim, Dinkes Jatim akan memperketat pengawasan, terutam di Bandara Juanda. Salah satunya, disiapkan thermascanner untuk mendeteksi suhu tubuh.

"Mereka yang baru datang dari luar negeri di Bandara Juanda kami periksa. Kantor kesehatan pelabuhan juga sudah lakukan upaya itu," ujar Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Kohar Hari Santoso di Surabaya, Kamis (16/5).

Saat ini, kata Kohar, ada tiga thermascanner yang telah dipasang di Bandara Juanda. Kohar merasa, tiga alat pendeteksi suhu tubuh tersebut, cukup untuk mencegah masuknya virus dimaksud ke wilayah Jatim. "Semuanya itu disiagakan di kedatangan luar negeri di Bandara Juanda," ujar Kohar.

Kohar memastikan, hingga saat ini, belum ada warga Jawa Timur yang terpapar virus cacar monyet. Namun antisipasi tetap harus dilakukan. Sehingga masyarakat Jawa Timur benar-benar bisa terhindar dari penyakit berbahaya tersebut.

"Memang harus diantisipasi dengan berbagai upaya. Pengawasan di kantor kesehatan pelabuhan (KKP) di perbatasan negara itu juga ditingkatkan," kata Kohar.

Cacar monyet pertama kalinya muncul di Singapura, yang virusnya menginfeksi seorang pria asal Nigeria pada April 2019. Sebelum tiba di Singapura, pria itu dikabarkan menghadiri pernikahan di Nigeria. Di sana, diperkirakan pria tersebut memakan daging liar yang menjadi sumber transmisi virus. Daging yang dimaksud bisa jadi simpanse, gorila, kijang, burung, atau hewan pengerat.

Virus cacar monyet menular ke orang lain melalui kontak langsung. Masa inkubasi 5-7 hari baru terlihat gejalanya. Gejala cacar monyet sama dengan cacar lainnya, antara lain demam dan gangguan pernapasan.

Ikuti Whatsapp Channel Republika