REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi menyoroti adanya fenomena ‘perang sarung atau samping’ di kalangan remaja selepas menjalankan ibadah shalat tarawih. Aktivitas tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan korban akibat ‘perang sarung’.
"Perlu ada edukasi dan sosialisasi kepada warga khususnya orangtua untuk menjaga remaja dan anak muda dari aksi ‘perang sarung atau samping’," ujar Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi, Selasa (14/5).
Hal ini disebabkan ada laporan maraknya hal tersebut di beberapa tempat yang dilakukan para remaja setelah shalat tarawih. Fahmi mengatakan, biasanya selepas shalat para remaja berkumpul dan melipat sarungnya. Selanjutnya dikhawatirkan mereka melakukan ‘perang sarung’.
Menurut Fahmi, jika dibiarkan akan menyebabkan korban. Sehingga diperlukan pendekatan dari orangtua kepada anak-anak dan remaja agar tidak melakukan hal tersebut.
Pemko, Fahmi mengatakan, menyuarakan upaya pencegahan ‘perang sarung’ melalui imbauan di setiap kesempatan. Misalnya dalam kegiatan Safari Ramadhan yang digelar di sejumlah masjid yang ada kecamatan-kecamatan.
Targetnya lanjut Fahmi, imbauan ini dapat tersampaikan kepada orangtua dan tokoh masyarakat. Sehingga aktivitas tersebut dapat ditekan semaksimal mungkin.
Di sisi lain ungkap Fahmi, warga juga diminta untuk mencegah adanya aktivitas membunyikan petasan di lingkungannya masing-masing. Hal ini dikarenakan aksi main petasan dinilai cukup membahayakan.
Terakhir ada sebanyak lima orang warga yang mengalami luka-luka akibat ledakan petasan di Jalan Stasiun Timur Sukabumi pada Senin (13/5) lalu. Petasan tersebut meledak ketika akan diturunkan dari kendaraan yang membawa barang tersebut.