REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkap tren perokok muda di Tanah Air cenderung meningkat. Jumlah perokok anak dan remaja Indonesia meningkat tiga kali lipat selama kurun waktu 2011 hingga 2014.
"Kalau dihitung-hitung secara kasar, sebanyak 24 juta anak Indonesia sudah terpengaruh kondisi ini," ujar anggota IDAI dr Wahyuni Indawati SpA
saat di konferensi pers bertema "Rokok Elektrik: Ancaman atau Solusi?", di Jakarta, Selasa (14/5).
Menurut Wahyuni, survei yang diungkap 2011 lalu menyebutkan sebanyak 0,3 persen anak-anak dan remaja sudah merokok dengan rokok elektrik atau vape. Padahal, bahan yang mengandung nikotin dalam bentuk apapun, termasuk rokok elektrik, tidak aman untuk kesehatan.
"Studi di Amerika Serikat (AS) menyebutkan bahwa ada peningkatan angka keracunan pada anak setelah adanya rokok elektrik," ujarnya.
Wahyuni menyebut, kondisi ini berbahaya bagi anak yang jadi generasi penerus Indonesia. Terlebih, anak-anak mudah dipengaruhi dan belum memiliki kemampuan menentukan keputusan seperti orang dewasa.
Celakanya, menurut Wahyuni, industri mengetahui hal itu. Mereka pun membuat kampanye yang menyenangkan untuk anak muda, seperti mengadakan acara menarik di event olahraga dan kesenian serta membagikan sampel rokok secara gratis.
"Padahal itu merupakan pintu masuk untuk menjadi kebiasaan. Ini menjadi kepedulian kami dari praktisi kesehatan," katanya.