Selasa 14 May 2019 15:30 WIB

JKN-KIS, Pelindung di Kala Sehat maupun Sakit

Dari operasi sampai kontrol, saya tidak mengeluarkan uang sama sekali.

 JKN-KIS, Pelindung di Kala Sehat maupun Sakit
JKN-KIS, Pelindung di Kala Sehat maupun Sakit

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Enam tahun lamanya Apong Juariah merasakan sakit panas pada tulang bagian belakang. Jangankan untuk melakukan pekerjaan, tidur pun terasa tidak nyaman Apong rasakan. Hal tersebut sangat mengganggu Apong untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sampai pada bulan Agustus 2017, Apong baru berani memeriksakan kesehatannya. Sampai beberapa bulan setelah diperiksa, Apong masih harus bolak-balik ke rumah sakit.

“Awal diagnosa dokter, katanya saraf saya kejepit. Akhirnya saya harus menjalani terapi. Setelah menjalani terapi pun, bulan November 2017 saya malah tidak bisa berjalan, rasanya tidak sanggup. Dikarenakan kondisi saya terus memburuk, tulang belakang (ekor) saya disuntik,” cerita Apong. Apong menceritakan bahwa asal mula sakit tulangnya adalah saat ia terjatuh dari kediamannya setinggi tiga meter pada tahun 2007. Merasa kondisinya baik-baik saja, Apong tidak pernah memeriksakan kesehatannya. Tidak hanya sampai disana, pada tahun 2011, Apong juga mengalami kecelakaan lalu lintas.

“Jadi memang pernah jatuh dan ditabrak, namun belum terasa sakit apa-apa. Setelah bertahun-tahun, baru ketahuan kalau tulang belakang (ekor) saya cedera. Di awal tahun 2018, karena sudah tidak bisa jalan sama sekali dan dirawat inap tiga kali dalam sebulan, akhirnya dokter memutuskan saya harus dioperasi. Alhamdulillah, untung saya sudah punya JKN-KIS yang dari pemerintah,” cerita Apong. Operasi cedera tulang belakang (ekor) Apong atau dalam medis dikenal dengan istilah coccydynia dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2018 di salah satu rumah sakit tipe A di Kota Bandung.

“Sejak operasi sampai sekarang, kurang lebih setahunan, saya harus kontrol setiap  sebulan sekali ke rumah sakit. Saya benar-benar bersyukur, walau hanya terdaftar sebagai peserta PBI yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah, saya tidak pernah mengeluarkan uang sepeserpun selama menggunakan JKN-KIS. Dari operasi sampai kontrol setiap bulan, benar-benar puas. Kalau sebagai pasien umum, biaya operasi tahun lalu hampir mencapai 40 juta. Itu hanya operasinya saja, belum obat dan lain-lain. Mungkin bisa mencapai 60 jutaan,” jelas Apong.

Selain itu, Apong juga menceritakan bahwa tidak hanya dirinya yang pernah memanfaatkan JKN-KIS. Suami Apong, Beben, juga pernah berobat karena sakit kelenjar getah bening. Bagi Apong dan keluarga, JKN-KIS tidak hanya sekedar penolong disaat sakit, tetapi juga menjadi pelindung dikala sehat. (ril)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement