Selasa 14 May 2019 13:48 WIB

Merapi Muntahkan Awan Panas Pertama di Mei

Setelah absen dua pekan lebih, Gunung Merapi kembali mengeluarkan guguran awan panas.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Ratna Puspita
Aktivitas Gunung Merapi.
Foto: Antara.
Aktivitas Gunung Merapi.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Setelah absen dua pekan lebih, Gunung Merapi kembali mengeluarkan guguran awan panas. Guguran terjadi pada dini hari dengan jarak luncur yang cukup jauh.

Kepala Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, Sunarta melaporkan, guguran awan panas terjadi pada Selasa (14/5) dini hari sekitar pukul 01.57. Guguran terjadi satu kali.

"Awan panas tercatat di seismogram dengan amplitudo 60 milimeter dan durasi 121.6 detik, jarak luncur 1.200 meter ke arah hulu Kali Gendol," kata Sunarta, Selasa (14/5).

Tidak cuma awan panas, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) turut melaporkan adanya guguran lava pijar. Jarak luncurnya cukup kecil 250 meter.

Selain itu, ada lima kali gempa guguran terjadi, satu gempa frekuensi rendah, satu gempa fase banyak dan satu hembusan. Itu tercatat  selama 12 jam terakhir atau pada periode 00.00--12.00.

Sebelum guguran awan panas pada Selasa (14/5) dini hari, guguran awan panas terakhir terjadi pada 28 April 2019. Artinya, Gunung Merapi sudah absen muntahkan awan panas selama 15 hari.

Kendati demikian, aktivitas kegempaan lain seperi guguran lava pijar masih terjadi dengan intensitas yang masih cukup tinggi. Selama dua pekan terakhir, hampir setiap hari ada guguran lava pijar.

Catatan BPPTKG, cuma 2 dan 10 Mei 2019 yang kosong aktivitas guguran lava pijar. Sisanya, terjadi rata-rata di atas rmpat kali guguran lava pijar setiap harinya gikeluarkan Gunung Merapi.

Setidaknya, selama dua pekan terakhir sudah terjadi 50 kali guguran lava pijar. Itupun, belum terhitung 12 kali guguran lava pijar yang terjadi pada 29 dan 30 April 2019.

Kondisi yang belum stabil itu tampaknya membuat BPPTKG memang belum mau menurunkan status Gunung Merapi. Hingga kini, Gunung Merapi masih berstatus waspada atau level dua.

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, masih merekomendasikan area dalam radius tiga kilometer dari puncak agar tidak ada aktivitas manusia. Masyarakat dapat beraktivitas di luar radius tiga kilometer.

"Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak Gunung Merapi," ujar Hanik.

Rekomendasi itu sendiri sudah bertahan hampir satu tahun. Lama waktu yang hampir sama dengan penetapan status waspada Gunung Merapi yang ditetapkan sejak 21 Mei 2018.

Untuk kubah lava, catatan BPPTKG per 9 April 2019 sebesar 466.000 meter kubik. Sayangnya, tidak terdeteksi pertumbuhan harian kubah lava karena dihitung berdasarkan tangkapan gambar dari drone. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement