Selasa 14 May 2019 07:44 WIB

Cegah HIV, Program 'Hebat' Terus Digencarkan

Hebat merupakan kurikulum pencegahan HIV kepada siswa kelas VIII SMP

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Esthi Maharani
Mengungkap fakta HIV/AIDS di Indonesia.
Foto: Republika
Mengungkap fakta HIV/AIDS di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Kota Bandung mendorong Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung untuk melanjutkan program Hidup Bersama Sahabat (Hebat). Program ini diharapkan dapat menjadi solusi mencegah HIV di Kota Bandung.

Program Hebat  merupakan kurikulum pencegahan HIV kepada siswa kelas VIII SMP melalui berbagai pendekatan pengajaran. Tak hanya tatap muka di kelas tetapi juga pembelajaran melalui permainan sehingga siswa merasa senang dan bisa menangkap pelajaran dengan mudah.

Isi kurikulum tersebut mengombinasikan pendidikan pencegahan penyalahgunaan narkoba (drug education) dan kesehatan reproduksi (reproductive health education).  Kurikulum ini merupakan hasil kajian Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) yang telah mendapatkan penghargaan tingkat nasional.

Di Kota Bandung, Hebat dilaksanakan oleh 4 stakeholder yang saling bermitra, yaitu KPA Kota Bandung, Dinas Pendidikan Kota Bandung, Fakultas Psikologi dan Pusat Studi Klinis Fakultas Kedokteran Unpad

Keempat institusi tersebut telah menjalin kerja sama sejak 2010. Namun pada April 2019 lalu, kesepakatan tersebut berakhir secara administratif. Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana pun meminta program ini bisa terus dijalankan. Menurutnya program yang telah dilakukan selama sembilan tahun ini sangat bagus dan bermanfaat.

"Pemerintah Kota Bandung meminta agar program ini dilanjutkan, meskipun secara administratif kerja samanya sudah berakhir. Saya minta, tolong urus administrasinya agar kita bisa terus lanjutkan," kata Yana dalam siaran persnya, Senin (13/5).

Yana juga meminta program ini terus ditingkatkan. Jika saat ini setiap tahunnya hanya bisa menyasar 13.000 siswa, ia meminta agar targetnya ditingkatkan menjadi 17.000 siswa sesuai jumlah siswa SMP kelas VIII.

"Harus ditingkatkan karena ini program bagus. Setidaknya 17.000 sesuai jumlah anaknya. Minimal di sekolah negeri saja dulu," ucapnya.

Saat ini, Kota Bandung menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki program semacam ini. Peneliti di KPA Kota Bandung, Mawar Nita Pohan mengatakan, sejak 2010 program ini telah memberikan manfaat kepada 94,667 siswa di 40 sekolah di Kota Bandung.

Menurutnya selama pelaksanaan di sekolah siswa bisa menerima dengan baik program ini. Pihaknya bekerjasama dengan guru-guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah. Para siswa ini sangat antusias mendapatkan materi ini.

Tak hanya sebagai objek, para siswa juga diajak menjadi subjek untuk bisa memberikan pendidikan pencegahan HIV/AIDS dan narkoba kepada teman sebayanya. Dengan begitu, penyebaran informasi bisa jauh lebih masif.

"Namun kita masih perlu optimalkan. Karena jumlah siswa yang sudah menerima program ini belum sebanding dengan jumlah siswa keseluruhan. Kalau dipersentasikan itu baru  7 persen," imbuh Mawar.

Sementara itu, program ini juga telah dilatihkan kepada 145 guru dan 26 tenaga Training of Trainer (ToT) sehingga setiap guru bisa memberikan materi secara seragam dengan metode yang sama.

"Karena di kita materi tentang sex education itu terbilang masih tabu, jadi untuk menghindari interpretasi yang lain, harus disamakan metode dan pengajarannya. Dan tetap harus didampingi guru," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement