REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Peneliti Surabaya Survey Center (SSC) Surokim Abdussalam menilai Partai Keadilan Sejahtera di Kota Surabaya, Jatim, konsisten dengan strategi kampanye door to door atau dari rumah ke rumah hingga babak akhir. Hal itu terbukti karena suara PKS tidak terjun bebas dalam dalam Pemilu 2019.
"PKS dan calegnya tanpa lelah dengan strategi door to door konsisten hingga babak akhir," kata Surokim di Surabaya, Senin (13/5).
Menurut dia, bertahannya PKS di Pemilu 2019 tidak lepas dari basis pemilih keluarga dakwah kalangan menengah yang utuh dan kian terbuka serta mulai tidak eksklusif.
Kendati secara tradisional basisnya PKS adalah keluarga Islam, tapi tetap bisa progresif masih bisa memberi harapan perubahan di tengah monotonnya aksi publik partai Islam yang lain seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
"Selain itu PKS juga konsisten memperkuat dakwah sosial sehingga bisa masuk ke konstituen bawah," kata Dosen Komunikasi Politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) ini.
Selain itu, lanjut dia, isu elektoral yang diusung PKS memang tidak populer, tapi masuk akal dan lebih konkrit khususnya Surat Izin Mengemudi (SIM) tanpa batas waktu dan bebas pajak bermotor.
Faktor terakhir menurut Surokim yang dinilai penting dan krusial karena kemampuan PKS menyediakan saksi hampir di semua TPS sehingga suaranya terjaga relatif aman, dan sulit dimainkan atau dicuri.
Berdasarkan rekapitulasi hasil perolehan suara Pemilu 2019 disebutkan suara sah partai politik dan calon anggota legislatif untuk PKS Kota Surabaya sebanyak 116.137 suara. Dengan rincian, Dapil 1 mendapat 23.643 suara, Dapil 2 (21.904 suara), Dapil 3 (23.959 suara), Dapil 4 (24.013), dan Dapil 5 (22.618 suara).
Hasil suara PKS pada Pemilu 2019 tersebut naik dan melebihi suara Partai Golkar yang sama-sama memperoleh lima kursi. Dengan demikian, PKS meraih kursi ketiga Wakil Ketua DPRD Surabaya