Senin 13 May 2019 05:03 WIB

Ummi Kalsum: Perempuan Pemersatu Arab

Dia, Ummi Kalsum kecil, sering mendengarkan ayahnya mengajarkan Alquran.

Ikhwanul Kiram Mashuri
Foto:

Popularitas Ummi Kalsum ini lalu dimanfaatkan Presiden Nasir untuk agenda politiknya. Misalnya, pidato sang presiden sering disiarkan segera setelah konser bulanan Ummi Kalsum.

Bukan hanya itu, Ummi Kalsum juga banyak menyanyikan lagu untuk mendukung Presiden Nasir. Salah satunya "Wallahu Zaman, Ya Silahi" ("Sudah Sangat Lama, Wahai Senjata Milikku"). Lagu ini kemudian diadopsi sebagai lagu kebangsaan Mesir dari tahun 1960 sampai 1979, hingga Presiden Anwar Sadat menggantinya dengan "Biladi, Biladi, Biladi" ("Negaraku, Negaraku, Negaraku"), sejak perundingan damai dengan Israel.

Selain tema-tema yang berhubungan dengan perjuangan, cinta, rindu, dan kehilangan secara universal, Ummi Kalsum juga banyak membawakan lagu-lagu religius. Antara lain adalah "Salou Qalbi" ("Tanyakan Hatiku") dan "Woulida al-Houda" ("Nabi Itu Lahir").

Ketika terjadi Perang Enam Hari (5–10 Juni 1967) dengan Israel, Ummi Kalsum pun membawakan lagu-lagu perjuangan, seperti "Asbaha ‘Indi Bunduqiyah" ("Kini Aku Punya Senjata") dan "Hadeeth al-Rouh" ("Berbicara tentang Jiwa").

Bahkan, bukan hanya lewat lagu, Ummi Kalsum juga berjuang secara nyata. Setelah Mesir kalah dalam Perang Enam Hari dan negara itu mengalami defisit anggaran, ia pun menggelar konser keliling di kota-kota besar Arab dan Eropa, termasuk London, Paris, dan Roma. Dana yang diperoleh dari konser-konser itu kemudian ia sumbangkan seluruhnya ke kas negara.

Pada 3 Februari 1975, bangsa-bangsa Arab pun berduka. Diva Arab yang telah berjuang dengan lagu dan tindakan nyata itu berpulang ke haribaan Allah SWT dalam usia 76 tahun. Prosesi pemakamannya digelar secara nasional.

Sekitar 4 juta penduduk Mesir yang berduka berjejer di jalan-jalan yang dilalui jenazah Ummi Kalsum menuju peristirahatan terakhirnya. Pada hari itu dikabarkan puluhan warga Mesir telah bunuh diri terjun ke Sungai Nil yang membelah Kota Kairo. Sejak itu, konon, jembatan-jembatan di atas Sungai Nil dijaga polisi.

Kini, 44 tahun telah lewat sejak wafatnya Ummi Kalsum. Namun, suara emasnya akan terus mempersatukan bangsa-bangsa Arab.

(IKuti Ulasan-Ulasan Isu Terkini dari Para Kolomnis Mumpuni)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement