Ahad 12 May 2019 14:00 WIB

Dua Pekan Gunung Merapi Absen Muntahkan Awan Panas

Aktivitas Gunung Merapi masih berstatus waspada.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Ani Nursalikah
Aktivitas Gunung Merapi terlihat dari Deles Indah, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah.
Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Aktivitas Gunung Merapi terlihat dari Deles Indah, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sudah 14 hari Gunung Merapi tidak mengeluarkan guguran awan panas. Meski begitu, hingga kini aktivitas Gunung Merapi masih berstatus waspada atau ada di level dua.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat, guguran awan panas terakhir dikeluarkan pada 28 April 2019. Artinya, Mei masih nihil guguran awan panas.

Baca Juga

Seperti yang dikeluarkan pada 26 April 2019, jarak luncur guguran awan panas pada 28 April 2019 tidak terdeteksi. Cuaca berkabut yang terjadi membuat gugguran tidak terpantau secara visual.

Meski begitu, guguran awan panas terdeteksi memiliki amplitudo 70 milimeter dengan durasi 150 detik. Namun, kewaspadaan dan kesiapsiagaan mutlak tidak boleh dikendurkan.

Kala itu saja, dari CCTV teramati dua guguran lava pijar dengan jarak luncur 750-800 meter. Lagipula, selama ini Gunung Merapi masih sangat rajin memuntahkan guguran lava pijar.

Bahkan, jarak luncur lava pijar sudah terbilang semakin jauh lantaran rata-rata sudah berada di atas 500 meter. Selama dua pekan terakhir, lava pijar paling banyak terjadi pada 7 Mei 2019.

Sebanyak 10 guguran lava pijar dikeluarkan dengan jarak luncur paling dekat 550 meter dan paling jauh 1.100 meter. Jarak luncur terjauh terjadi pada 8 Mei 2019 dengan 1.400 meter.

Pada Ahad (12/5), tidak tercatat aktivitas lava pijar maupun awan panas. Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Ngepos, Heru Suparwaka melaporkan, cuaca Gunung Merapi cerah dan berawan.

"Suhu udara 22-30,6 derajat celcius, kelembaban udara 23-83 persen dan tekanan udara 569-709 milimeter merkuri," kata Heru, Ahad (12/5).

Walau sedang nihil awan panas, tidak berarti aktivitas kegempaan lain landai. Gempa frekuensi rendah, gempa fase banyak, gempa vulkanik dangkal, gempa tektonik dan hembusan masih rutin terjadi.

Selain itu, jika melihat catatan aktivitas sepanjang April, tiap-tiap guguran awan panas memiliki jarak luncur yang sangat jauh. Itu bisa dilihat dari statistik aktivitas kegempaan awan panas.

Malah, dari 18 guguran sepanjang April, rata-rata jarak luncur guguran awan panas Gunung Merapi sudah di atas 1.000 meter. Walaupun, memang terjadinya guguran awan panas sangat tidak menentu.

Tapi, bisa dibilang jarak luncur awan panas berpotensi dimuntahkan lebih jauh dari rata-rata jarak luncur lava pijar. Jarak luncur guguran awan panas terjauh terjadi pada 17 April 2019 dengan 1.450 meter.

Untuk itu, Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, tetap merekomendasikan area dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi agar tidak ada aktivitas manusia. Kecuali, untuk penelitian dan mitigasi.

Meski begitu, ia menekankan, masyarakat dapat beraktivitas seperti biasa di luar area radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi. Tapi, harus terus diwaspadai adanya lahar dingin.

"Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak Gunung Merapi," ujar Hanik.

Untuk kubah merapi, BPPTKG mencatat volume per 9 April 2019 sebesar 466.000 meter kubik. Sayangnya, tidak terdeteksi volume harian lantaran pantauan dihitung dari tangkapan gambar drone.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement