REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Puluhan ibu yang mengatasnamakan Gerakan Anti Pemilu Curang (GAPC), menggelar aksi memukuli panci. Mereka menuntut Komisi Pemilihan Umum (KPU) agar membentuk tim untuk mengautopsi jenazah petugas KPPS pemilu yang gugur.
''Kita menginginkan ada autopsi jenazah ya, biar diketahui mereka itu meninggal kenapa. Karena kalau kelelahan, nggak mungkin kan bisa sebanyak itu,'' kata perwakilan GAPC, Yulia di depan jalan menuju Kantor KPU Jawa Barat, Jalan Laswi, Kota Bandung, Jumat.
Hingga saat ini, kata dia, sudah ada sekitar 570 orang petugas pemilu yang gugur, baik dari petugas KPPS, Bawaslu dan petugas keamanan. Selain itu, ada sekitar 4 ribu orang yang terbaring sakit.
''Ini bukan soal 01 atau 02, ini soal kemanusiaan,'' katanya. ''Keprihatinan kita sebagai warga Indonesia atas kejadian Pemilu 2019 yang memakan korban dan begitu menyisakan duka dan air mata.''
Dia meminta kepada pemerintah maupun KPU dan Bawaslu untuk bisa bersinergi dengan membentuk tim untuk mengusut peristiwa yang penuh duka tersebut. GAPC hanya ingin menyuarakan KPU itu jangan diam. ''Mereka (petugas KPPS) itu berjuang mengawal suara kita. Pemilu kemarin itu pesta demokrasi, bukannya seperti ini,'' kata Yulia.
Data yang dihimpun KPU Jabar hingga Senin (6/5), mencatat sebanyak 132 petugas Pemilu yang gugur. Jumlah tersebut tersebar di 25 kabupaten dan kota yang ada di Jawa Barat.
Jumlah 132 orang yang gugur tersebut terdiri dari macam-macam kategori petugas. Mereka yakni pegawai KPU 6 orang, PPK 40 orang dan PPS 131 orang.