REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Manajemen PT MRT Jakarta mulai menyosialisasikan penetapan tarif normal sebesar Rp 14 ribu yang akan diberlakukan pada 13 Mei 2019. Sosialisasi tersebut telah dilakukan di situs resmi MRT.
"Dalam waktu dekat juga akan ada pemberitahuan cukup besar di media cetak dan elektronik," kata Sekretaris Perusahaan PT Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta Muhammad Kamaluddin, Rabu (8/5).
Selain melalui website, media cetak dan elektronik, kata dia, pemberitahuan tentang pemberlakuan tarif normal tersebut juga akan disosialisasikan di sekitar stasiun MRT.
Petugas yang ada di sekitar stasiun akan memberitahukan pemberlakuan tarif normal tersebut sekaligus menjelaskan keuntungan yang bisa didapat penumpang dengan menggunakan moda transportasi tersebut.
Penjelasan terkait dengan keuntungan menggunakan MRT ini, menurut dia, perlu disosialisasikan agar masyarakat dapat mengetahui penetapan tarif normal tersebut sesuai dengan kualitas layanan yang diberikan. Menurut hasil survei yang dilakukan PT MRT, sekitar 30 persen dari 82 ribu pengguna MRT per hari saat ini akan terdampak oleh pemberlakuan tarif normal.
Untuk menyikapi kemungkinan penurunan jumlah penumpang, PT MRT tengah mengupayakan sejumlah strategi, di antaranya, selain memberikan layanan transportasi yang tepat waktu, mereka juga akan memberikan promosi, baik di dalam stasiun, dari sisi retailnya, ataupun di sekitar stasiun dalam bentuk diskon pembelanjaan yang nantinya akan dapat mengompensasi kenaikan tarif MRT tersebut.
Selain itu, mereka juga akan terus meningkatkan integrasi dengan Transjakarta, sehingga masyarakat dapat dengan mudah berpindah dari layanan Transjakarta dengan Stasiun MRT. Peningkatan integrasi ini, kata dia, selain memudahkan pergerakan masyarakat, juga diharapkan akan lebih menghemat biaya yang mereka keluarkan.
Dalam upaya menarik minat masyarakat, pihak MRT juga berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas layanan, di antaranya, dengan berupaya mengurangi antrean, menjaga kebersihan, dan keandalan keretanya.
Selain itu, untuk menarik minat masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi, PT MRT juga akan menambah jumlah fasilitas park and ride. Contohnya, rencana penambahan park and ride di Jalan Raya Fatmawati, Jakarta Selatan, dalam waktu dekat.
Pada awal Mei PT MRT juga sudah melakukan sejumlah peningkatan layanan, seperti pemberlakuan jadwal pemberangkatan kereta dari pukul 05.00 WIB sampai 24.00 WIB, mempercepat selisih jadwal pemberangkatan kereta menjadi tiap lima menit sekali dari sebelumnya 10 menit dan penambahan rangkaian kereta dari delapan pada April menjadi 14.
Tarif maksimal untuk tujuan terjauh Stasiun Lebak Bulus ke Bundaran Hotel Indonesia (HI) sebesar Rp 14 ribu dan tarif terendah Rp 3.000. Dalam sebulan ini, tarif MRT kena potongan harga sebanyak 50 persen untuk jarah terjauh.
Menurut Mega (26 tahun), salah satu karyawan di kawasan Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, ia memilih menggunakan MRT Jakarta meski tarif normal sudah berlaku. Sebab, rumahnya berada di wilayah Blok M, Jakarta Selatan, yang dekat dengan Stasiun MRT Blok M.
Ia mengatakan, menggunakan MRT Jakarta karena faktor kenyamanan yang lebih dibandingkan transportasi umum massal lain. Jarak yang cukup jauh dari rumah ke kantornya dengan MRT akan ditempuh waktu yang cepat dengan fasilitas yang lebih baik.
"Daripada desak-desakan sama penumpang lain. Mending naik MRT, lebih nyaman," kata Mega saat ditemui Republika, Rabu.
Mega harus mengeluarkan uang Rp 8.000 untuk menempuh Stasiun Blok M-Bundaran HI. Sementara, jika menggunakan angkutan umum lain, seperti Transjakarta, tarifnya lebih terjangkau dua kali dari MRT.
Namun, kata dia, ketika jam sibuk pergi atau pulang kantor, penumpang memenuhi bus Transjakarta. Apalagi, jika dibandingkan dengan ojek daring yang kini tarifnya naik.
Senada diungkapkan Viras (29 tahun) yang akan tetap memilih MRT jika akan pergi ke tempat yang sudah dijangkau MRT itu. Ia mengaku sering menggunakan MRT saat akhir pekan karena dari rumah ke kantornya memang tak dilalui MRT.
"Kalau weekend sih sering pakai MRT, sering main ke arah Jakarta Selatan sana. Jadi, karena cuma pas weekend saja ya masih pakai MRT kalau harganya sudah normal," kata Viras.
Ia membandingkannya dengan tarif ojek daring. Menurutnya, tarif maksimal MRT sebesar Rp 14 ribu masih dikatakan lebih murah dibandingkan tarif ojek daring. Juga, dengan waktu yang sudah terjadwal.
Sementara, Muhamad Faisal (37 tahun), lebih memilih menggunakan angkutan umum lain daripada MRT Jakarta. Alasannya, karena ia harus menggunakan transportasi lainnya untuk mengakses stasiun dari dan ke rumah maupun tempat kerjanya.
"Kayaknya lebih naik Transjakarta deh, sekali Rp 3.500. Itu bisa sekali bayar saja, tinggal jalan ke kantor. Kalau MRT harus tetap naik Transjakarta lagi," ujar Faisal.
Kendati, ia harus menempuh waktu lebih lama. Akan tetapi, ia juga mengatakan, tak menutup kemungkinan pada hari-hari tertentu memilih MRT Jakarta.