Selasa 07 May 2019 18:36 WIB

Limbah Makanan Dominasi Sampah di Bantargebang

Sebanyak 39 persen limbah padat kota di Bantargebang adalah limbah makanan.

Tempat Pembuangan Akhir Sampah Sumur Batu, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Foto: Republika/Dedy D Nasution
Tempat Pembuangan Akhir Sampah Sumur Batu, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Limbah makanan masih mendominasi jenis sampah yang ada di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat. Persentasenya mencapai 39 persen dari keseluruhan limbah padat kota yang masuk per hari.

"Sampah tersebut diperoleh dari total 7.864 ton sampah yang masuk per hari saat Ramadan," kata Admin Kepegawaian TPST Bantargebang, Arok, di Bekasi, Selasa.

Selain limbah makanan, sampah plastik juga mendominasi jenis sampah dengan persentase mencapai 33 persen. Sampah lainnya adalah limbah tekstil sembilan persen, limbah berbahaya empat persen, kayu dan rumput empat persen, kertas empat persen, karet/kulit tiga persen, limbah hewan peliharaan dua persen, dan sampah lainnya dua persen.

Arok menjelaskan, keseluruhan sampah tersebut diangkut oleh sekitar 1.200 truk sampah yang keluar masuk TPST Bantargebang per harinya. Volume sampah terus naik setiap tahun.

"Jumlah truk pengangkut sampah pun meningkat dari tahun ke tahun," kata dia.

Secara umum, menurut Arok, pada 2013 rata-rata muatan truk harian hanya 778 unit per hari. Kemudian meningkat menjadi 835 unit per hari pada 2014, 960 unit per hari pada 2015, 1.058 unit per hari pada 2016, dan 1.213 unit per hari pada 2017. Hingga 2019, angka muatan truk per hari masih pada rata-rata 1.213 unit," kata dia.

TPST Bantargebang menyediakan fasilitas pencucian truk sampah secara gratis, sehingga mengurangi bau tidak sedap dirasakan masyarakat setempat. Pencucian yang diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Januari 2019 tersebut beroperasi 24 jam per hari dengan 35 petugas.

Dengan adanya fasilitas tersebut, truk dicuci secara berkala, yakni 16 unit truk sampah untuk sekali pencucian dengan waktu sekitar 3-5 menit untuk satu unit truk.

"Hal ini diterapkan untuk menekan bau yang menempel pada truk sampah, sehingga tidak menimbulkan keresahan di tengah masyarakat," kata dia.

Menurut dia, sebelum adanya fasilitas pencucian truk sampah itu, terdapat tiga kelurahan yang terdampak bau sampah yakni Kelurahan Sumur Batu, Kelurahan Ciketing Udik dan Kelurahan Cikiwul. Namun, saat ini bau sampah dari TPST Bantargebang sudah dapat ditekan, termasuk dengan dimulai pemulihan pada bekas pembuangan sampah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement