Senin 06 May 2019 15:12 WIB

Karding: Jangan Ada Lagi Sebutan Cebong atau Kampret

Karding ajak masyarakat manfaatkan Ramadhan sebagai momentum rekonsiliasi politik.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Ratna Puspita
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Abdul Kadir Karding
Foto: Republika TV/Surya Dinata
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Abdul Kadir Karding

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Koalisi Indonesia Kerja (TKN KIK) Abdul Kadir Karding mengimbau masyarakat agar menghilangkan sebutan cebong dan kampret. Dia mengajak masyarakat memanfaatkan Ramadhan sebagai momentum rekonsiliasi politik.

"Jangan ada lagi sebutan-sebutan yang mendiskreditkan kepada mereka yang berbeda seperti cebong atau kampret," kata Abdul Kadir Karding dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (6/5).

Baca Juga

Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mengungkapkan, sadar atau tidak perbedaan politik telah menghilangkan kehangatan dan keakraban sebagai warga negara. Dia menegaskan, kondisi ini tak bisa terus menerus dibiarkan.

Dia mengajak masyarakat untuk memperbanyak silaturrahim, ibadah, amal saleh dan kegiatan lain yang bermanfaat bagi diri, orang sekitar dan bangsa. Dia mengimbau agar lebih baik warga mengisi bulan suci ramadhan ini dengan meningkatkan kualitas puasa.

"Ramadhan menjadi momentum kehangatan dan keakraban itu harus kita nyalakan kembali," tambah Karding lagi.

Pernyataan serupa juga dingkapkan calon wakil presiden (cawapres) Ma'ruf Amin. Dia meminta jika istilah itu lebih baik dihilangkan. Istilah itu, dia mengatakan, telah membagi dua pendukung kubu pasangan calon. 

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu meminta masyrakat untuk tidak lagi membunyikan istilah semnacam itu. Dia mengatakan, kedua istilah itu lebih baik dikubur mengingat pemungutan suara yang telah rampung.

Kiai Ma'ruf mengajak seluruh masyarakat untuk segera bersatu kembali guna membangun bangsa. Dia mengatakan, jangan sampai pembelahan terus berlanjut hingga harmonisasi hubungan antar warga terganggu.

"Tidak boleh dibiarkan terlalu lama. Kalau terlalu lama terjadi suasana tidak produktif," kata Kiai Ma'ruf.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement