REPUBLIKA.CO.ID, Pemerintah melalui sidang itsbat yang digelar Ahad (5/5) menetapkan 1 Ramadhan 1440 Hijriyah jatuh pada Senin (6/5). Mulai hari ini, mayoritas umat Islam di Indonesia menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Geliat menyambut Ramadhan dalam kurun sepekan terakhir telah terlihat. Masjid-masjid berbenah. Takmir mengecat ulang masjid dan menyiapkan fasilitas lainnya guna menyambut membeludaknya jamaah, baik untuk shalat wajib, Tarawih, maupun kegiatan lainnya.
Ramadhan sering kali menjadi pemompa semangat umat Islam untuk lebih giat beribadah. Mereka mengejar berbagai kebaikan dan berharap ampunan. Maka masjid-masjid lebih penuh bahkan terkadang tak mampu menampung jamaah.
Masjid pun kian semarak dengan kegiatan bukan hanya untuk jamaah dewasa melainkan juga anak-anak muda. Mereka menarik teman-teman sebayanya untuk ke masjid, mengikuti serangkaian kegiatan dari kajian agama hingga musik seperti Jazz Ramadhan.
Meski kita juga harus akui, menjelang akhir Ramadhan tak jarang jamaah masjid surut. Penyebabnya ada sebagian jamaah yang merupakan perantau telah pulang ke kampung halaman. Sebagian lain berkonsentrasi dengan pernak-pernik menyambut Lebaran.
Di sisi lain, badan dan lembaga zakat juga tak mau ketinggalan. Momen Ramadhan menggerakkan mereka untuk meningkatkan literasi zakat masyarakat. Ramadhan seakan menjadi puncak literasi dan kampanye zakat.
Masyarakat diketuk hatinya untuk mengikhlaskan bagian dari hartanya didonasikan kepada mustahik melalui badan maupun lembaga zakat. Apalagi, Nabi juga sangat ringan tangannya untuk mendermakan hartanya saat Ramadhan.
Maka badan dan lembaga zakat bergerak mengampanyekan pentingnya zakat, infak, dan sedekah. Mereka menekankan pentingnya berazakat, berinfak, dan bersedekah. Dana yang terhimpun digunakan untuk memberdayakan kaum dhuafa.
Titik-titik penghimpunan mereka sebar untuk memudahkan masyarakat berdonasi, termasuk di pusat-pusat perbelanjaan. Cara donasi juga dibuat mudah.
Artinya, mereka tak melulu mengandalkan gerai penghimpunan tetapi juga bisa dengan transfer melalui bank dan cara lain yang memudahkan. Program-program pemberdayaan ditawarkan sebagai pertanggungjawaban terhadap masyarakat.
Maka tak heran jika pada Ramadhan, badan maupun lembaga zakat menargetkan penghimpunan dalam jumlah besar. Dari tahun ke tahun mereka merasakan peningkatan penghimpunan selama bulan suci ini. Puluhan bahkan ratusan miliar dana terhimpun.
Meningkatnya semangat ibadah dan bederma merupakan energi positif yang bersumber dari Ramadhan. Masyarakat memiliki dorongan lebih kuat untuk menunaikan ibadah bersifat ritual juga berkeinginan lebih dalam ibadah sosial.
Artinya, mereka ingin berbagi dengan orang lain, termasuk kepada kaum dhuafa lewat zakat, infak, maupun sedekah. Maka mari kita gali energi-energi positif lainnya agar kita benar-benar mampu mewujudkan Ramadhan sebagai bulan penuh rahmat.
Jadi, Ramadhan mestinya membuat kita tergerak melakukan lebih banyak amal kebaikan sekecil apa pun. Dari sekadar berbagi makanan berbuka dengan orang lain hingga tolong-menolong dalam menunaikan kebaikan.
Tentu kita juga berharap kebaikan-kebaikan selama Ramadhan tak putus seiring selesainya Ramadhan. Dengan demikian, kebaikan itu berlanjut pada bulan-bulan berikutnya hingga Ramadhan datang kembali. Begitu seterusnya.