Ahad 05 May 2019 16:14 WIB

Khofifah Minta Kali Lamong Dinormalisasi

banjir di Gresik akibat luapan Kali Lamong yang tak mampu menampung debit air

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Kali Lamong
Foto: Dadang Kurnia / Republika
Kali Lamong

REPUBLIKA.CO.ID, GRESIK -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meninjau banjir yang menggenangi Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik, Ahad (5/5). Khofifah mengatakan, salah satu solusi yang paling memungkinkan untuk mengatasi banjir di wilayah tersebut adalah dengan cara melakukan normalisasi Kali Lamong. Mengingat, banjir yang menggenangi daerah dimaksud adalah merupakan luapan dari Kali Lamong, yang tak mampu menampung debit air.

"Kapasitas daya tampung Kali Lamong adalah 250 meter kubik per detik. Tapi kemarin saat curah hujan tinggi, air mencapai 700 meter kubik per detik. Sehingga ke depan untuk bisa dikatakan aman itu, harus dikeruk sehingga daya tampungnya mencapai 1000 meter kubik per detik," kata Khofifah.

Gubernur perempuan pertama di Jatim itu melanjutkan, pengerukan Kali Lamong perlu dilakukan mulai dari Surabaya hingga ke Gresik, yang panjangnya kurang lebih sekitar 10 kilometer. Di sepanjang Kali Lamong, kata Khofifah, memang terus terjadi pendangkalan, yang akhirnya kapasitas daya tampungnya mengecil. Sehingga, ketika intensitas hujan tinggi airnya meluber.

Khofifah mengingatkan, banjir yang terus-terusan terjadi di Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik, karena beban yang ditanggung sangat besar. Derah tersebut menurutnya harus menanggubg kiriman banjir dari Lamongan, Bojonegoro, Mojokerto, hingga Surabaya. Sehingga, untuk penyelesaiannya, harus dilakukan bersama-sama.

Khofifah pun meminta, pihak terkait dari daerah-daerah tersebut, duduk bersama, dan membangun koneksitas, dalam upaya penyelesaian banjir dimaksud. Tujuannya untuk melakukan pemetaan lebih detail, agar upaya yang dilakukan menghasilkan dampak strategis permanen untuk jangka panjang.

"Karena Gresik ini menampung banjir dari Lamongan, Bojonegoro, Mojokerto. Kalau ini tidak dilakukan koneksitas di antara kabupaten/ kota yang ada, termasuk juga Surabaya, maka proses untuk bisa mencari penyelesaian strategis untuk mengatasi banjir ini tidak bisa permanen," ujar Khofifah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement