Ahad 05 May 2019 07:18 WIB

Ini Dua Faktor yang Diyakini Mendorong Kekerasan Oknum Pilot

Peneliti meyakini dua faktor ini penyebab kekerasa yang dilakukan pilot Lion Air

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pesawat Lion Air  (ilustrasi)
Foto: Dok. Republika
Pesawat Lion Air (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat sekaligus Peneliti sosial di Vokasi Universitas Indonesia, Devie Rahmawati menilai, terdapat dua faktor yang mempengaruhi aksi kekerasan. Hal itu, disampaikan menyusul kasus kekerasan yang dilakukan pilot maskapai Lion Air kepada pegawai hotel di Surabaya. 

Pertama, Devie mengatakan, pada era moderen kompetensi sosial masyarakat semakin lemah dalam hal berkomunikasi seiring dengan perkembangan teknologi. Karena itu, kemampuan untuk mengontrol emosi dan menahan diri tidak terasah. 

Baca Juga

"Karena memang manusia moderen lebih terbiasa berinteraksi dengan alat komunikasi seperti gadget atau gawai sehingga kompetensi sosial tidak bisa dihafalkan," kata Devie kepada Republika.co.id, Sabtu (4/5).

Kedua, secara sosiologis masyarakat Indonesia berpegang pada patron-klien yang membuat seorang yang berkedudukan lebih tinggi dianggap memiliki kekuasaan terhadap seorang di dibawahnya. Menurutnya patron-klien masih menjadi warisan budaya di Indonesia. 

Warisan itu, Devie menjelaskan kemudian memicu banyak aksi lain, contoh terdapat pilot yang seharusnya melakukan pemeriksaan oleh satpam tiba-tiba langsung masuk tanpa pemeriksaan. Padahal, di era saat ini sudah tidak ada lagi hirarki karena sudah ada aturan secara hukum.

Untuk itu, dia menyarankan agar korban menempuh jalur hukum sehingga dapat memberi contoh masyarakat lainnya. "Hukum menjadi pilihan tepat, untuk memberikan refrensi bagi masyarakat bahwa tindakakn kekerasan dengan alasan apapun tidak dibenarkan," katanya.

Sebelumnya, seorang pilot berinisial AG diduga telah melakukan tindakan berupa pemukulan kepada seorang pegawai di salah satu hotel di Surabaya, Jawa Timur. Kekerasan tersebut diduga terjadi karena pilot AG yang merasa dirugikan lantaran pakaiannya yang di loundry pihak hotel tidak disetrika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement