REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Kamis (2/5) sore. Ini adalah kehadiran AHY kedua di Istana setelah Maret tahun 2018 lalu. AHY-Jokowi menggelar pertemuan tertutup selama kurang lebih 20 menit.
Ia sendiri masuk ruang kerja Presiden di Istana Merdeka pada pukul 16.17 WIB dan langsung melakukan pertemuan tertutup dengan Jokowi hingga pukul 16.45 WIB. Setelah menemui Presiden, AHY mengaku kedatangannya untuk memenuhi undangan Jokowi. Selain itu, AHY membawa amanah dari sang ayah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menyampaikan salam kepada Jokowi.
"Saya menyampaikan salam hormat dari Pak SBY dan Bu Ani. Karena, tadi pagi saya sempat berkomunikasi yang intinya adalah sampaikan salam hormat kepada Bapak Presiden," kata AHY di Istana Merdeka, Kamis (2/5) sore.
Selain menyampaikan salam dari Ketua Umum Partai Demokrat tersebut, AHY juga mengaku kedatangannya untuk menegaskan posisi Demokrat yang ingin bersama-sama melihat bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Yaitu, dengan terus ikut menyumbangkan pemikiran dan gagasan.
"Kita juga harus terus bisa menyumbangkan pemikiran gagasan karena tentunya sebagai semangat dari demokrasi dan mewujudkan Indonesia semakin baik ke depan. Kita terus bertukar pikiran dan saling memberikan masukan yang baik," tutur AHY.
Namun, putra sulung Presiden keenam RI itu mengelak pertemuannya dengan Jokowi selalu berkaitan dengan komunikasi politik pragmatis. Ia kembali menegaskan posisinya untuk bersama-sama membangun Indonesia yang lebih baik.
Yaitu, AHY dan Jokowi bersepakat agar tak bersikap berlebihan terhadap hasil penghitungan sementara Pilpres 2019 ini. Kendati demikian, AHY berpendapat, perbedaan pendapat dalam berpolitik merupakan hal yang wajar.
"Kita ingin tentunya menghindari terlalu berlebihan, tentu tidak mungkin dihilangkan sama sekali. Karena, namanya politik, namanya Pemilu, pasti akan terus ada perbedaan pendapat, perbedaan persepsi, dan lain sebagainya," ujarnya.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menilai, pertemuan antara perwakilan Partai Demokrat dan Presiden Jokowi merupakan hal yang lumrah di ranah politik. Menurut dia, politik juga menyuguhkan upaya jalan keluar dari permasalahan bangsa sehingga antarpihak ikut saling mendengarkan.
"Dalam politik itu kalau mau mencari jalan keluar, tidak ada yang dominan. Jadi, saling mendengarkan, saling mempertimbangkan bisa akhirnya saling bersepakat, ya," kata Moeldoko.