REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN – Hujan lebat melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Kuningan, Selasa (30/4) sore hingga malam. Kondisi itu menyebabkan terjadinya bencana banjir, longsor, dan rumah ambruk.
Berdasarkan data dari Pusdalops BPBD Kabupaten Kuningan, Rabu (1/5), bencana longsor terjadi di Dusun Puhun, Desa Cibinuang, Kecamatan Kuningan. Di dusun itu, longsor melanda tembok penahan tebing (TPT) rumah milik warga bernama Uki (61), Selasa (30/4) pukul 20.30 WIB.
Longsoran TPT itu menimpa rumah tetangganya yang bernama Juman (55), sehingga mengalami kerusakan pada bagian dapur dan WC.
"Alhamdulillah tidak ada korban jiwa," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kuningan, Agus Mauludin.
Agus menjelaskan, peristiwa itu terjadi akibat hujan lebat yang mengguyur selama 4,5 jam sejak pukul 16.00 WIB. Selain longsor, hujan dengan intensitas tinggi juga menyebabkan banjir di Dusun Muhara, Desa Mekarsari, Kecamatan Maleber, Selasa (30/4) pukul 19.00 WIB. Banjir menerjang pemukiman warga di RT 04 RW 02 dengan ketinggian antara 40 – 70 sentimeter.
"Hujan lebat di bagian hulu menyebabkan sungai Srigading dan sungai Cisanggarung meluap dan menyebabkan banjir di dusun tersebut,’’ kata Agus.
Meski demikian, banjir hanya terjadi selama kurang lebih dua jam dan langsung surut kembali. Saat ini, debit sungai Srigading dan sungai Cisanggarung dalam kondisi normal.
Hujan lebat yang disertai angin juga menyebabkan tembok rumah warga bernama Wasiti (61) di Dusun Ciakar, Desa Padamulya, Kecamatan Maleber, ambruk, Selasa (30/4) pukul 19.00 WIB. Beruntung, penghuni rumah selamat dari musibah tersebut.
"Selain hujan lebat dan angin, peristiwa itu juga terjadi karena kondisi tanah yang labil dan kualitas tembok yang kurang baik," tutur Agus.
Cuaca ekstrem berpotensi melanda berbagai daerah di Indonesia, termasuk Jabar, dalam beberapa hari ke depan. Masyarakat pun diimbau untuk mewaspadai kondisi tersebut.
Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn, menjelaskan, berdasarkan pantauan kondisi atmosfer terkini, masih terpantau adanya aktivitas MJO (Madden Julian Oscillation) di wilayah Indonesia bagian timur. Hal tersebut mengakibatkan pembentukan beberapa sirkulasi siklonik di wilayah Laut Sulawesi, perairan utara Jawa Timur dan Laut Arafura, serta adanya daerah pertemuan angin dan belokan angin di wilayah Indonesia.
"Kondisi tersebut diprakirakan akan meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan terutama di wilayah Indonesia bagian timur pada periode akhir April hingga awal Mei 2019," kata Faiz.