REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan melakukan prauji coba tiga bus listrik pertama untuk layanan Transjakarta. Menurut Anies, kualitas udara di Ibu Kota buruk. Untuk itu, bus listrik sebagai upaya Pemprov DKI mengurangi emisi.
"Karena itu, kita sekarang mulai Pemprov DKI Jakarta dengan melakukan konversi atas kendaraan-kendaraan umum massal menggunakan listrik yang bebas emisi. Kita mulai dari menggunakan bus Transjakarta," kata Anies di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin (29/4).
Anies mencoba bus listrik dari kantornya di Balai Kota ke Bundaran Hotel Indonesia dan balik lagi. Menurutnya, saat menjajal bus listrik, tidak ada suara bising yang dikeluarkan dan tidak ada asap yang menyumbang polusi bagi udara Jakarta.
Sehingga, kata dia, Pemprov DKI akan berupaya mencegah perubahan iklim yang semakin memburuk. Dimulai dari menggunakan transportasi umum massal dengan tenaga listrik yang dapat mengurangi emisi dan polusi.
Untuk itu, lanjut Anies, Pemprov DKI akan menambah armada bus listrik sampai 10 unit. Bahkan, ia menyatakan, pihaknya melalui PT Transjakarta tengah menyiapkan proyeksi menggunakan semua bus Transjakarta bertenaga listrik.
"Ini baru tiga pertama. Bulan-bulan awal Insya Allah bisa sampai 10 nantinya. 10 dulu kemudian sambil kita siapkan proyeksi untuk menggunakan semua bus Transjakarta menggunakan listrik," ujar Anies.
Namun, ia mengatakan, ketiga bus pada prauji coba ini belum bisa beroperasi melayani pengguna Transjakarta. Sebab, persyaratan izin administrasi masih berusaha dipenuhi.
Menurut Anies, proses perizinan administrasi tersebut berbeda karena ini pertama kalinya kendaraan listrik akan mengaspal di Jakarta. Sehingga, ada beberapa hal yang memerlukan penyesuaian karena pada umumnya kendaraan menggunakan Bahan Bakar Minyak maupun Gas (BBM/BBG).
"Salah satu yang unik, secara administrasi perlu waktu kalau di STNK itu ada ukuran mesinnya, sekarang enggak ada lagi cc karena seperti ini tidak ada ukuran cc-nya, tapi secara administrasi semuanya," kata Anies.
Ia melanjutkan, semua persyaratan perizinan ketiga bus ini ditargetkan selesai pada Juni atau Juli 2019 mendatang. Kemudian, kata Anies, bus listrik bisa lebih dulu beroperasi melayani secara ekshibisi agar bisa dinikmati masyarakat secara luas.
Akan tetapi, secara sisi keselamatan dan teknis, ketiga bus tersebut sudah dipenuhi. Ia mengatakan, bus listrik terlebih dahulu akan melayani rute sekitar Monas.
Direktur Utama PT Transjakarta, Agung Wicaksono, menambahkan, ketiga bus listrik berasal dari dua manufaktur. Di antaranya perusahaan dalam negeri PT Mobil Anak Bangsa (MAB) dan perusahaan asal Cina, yakni BYD Auto Co Ltd.
Ia mengatakan, bus listrik tersebut tanpa emisi. Selain itu, ia berharap bus listrik bisa menekan biaya operasional yang akan diketahui pada uji coba nanti. Kendati, untuk investasi awal membeli bus listrik relatif lebih mahal.
"Di masa depan di dalam jangka panjang biaya operasionalnya akan lebih murah bus listrik ini apalagi kalau kita memperhitungkan dampaknya kepada lingkungan," kata Agung.
Ia mengatakan, PT Transjakarta nantinya tidak akan memiliki bus listrik tersebut. Bus-bus listrik akan dimiliki dan dioperasikan lima perusahaan operator yang sudah menandatangani kesepakatan dengan PT Transjakarta.
Agung menjelaskan, PT Transjakarta akan membayar para operator tersebut sama seperti skema Jak Lingko, yakni PT Transjakarta membayar rupiah per kilometer.
"Tentunya rupiah per kilometer untuk listrik ini akan berbeda dibandingkam dengan BBM karena itulah kita perlu melakukan uji coba," kata Agung menambahkan.