Sabtu 27 Apr 2019 09:22 WIB

Pemkot Surabaya Beri Pekerjaan Anak Petugas KPPS Meninggal

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memberi bantuan beasiswa dan pekerjaan

Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) mengenakan busana tradisional dalam Pemungutan Suara Ulang (PSU) di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 17, Sukoharjo, Malang, Jawa Timur, Kamis (25/4/2019).
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) mengenakan busana tradisional dalam Pemungutan Suara Ulang (PSU) di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 17, Sukoharjo, Malang, Jawa Timur, Kamis (25/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota Surabaya memberikan beasiswa dan pekerjaan kepada anak petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KKPS) yang meninggal usai menjalankan tugas saat Pemilu 2019. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan pihaknya selama dua hari bersama jajarannya sudah mengunjungi rumah keluarga petugas KKPS yang meninggal.

"Saya sudah berbicara langsung dengan keluarga korban untuk memberikan bantuan kepada keluarga almarhum," kata Risma, Sabtu (27/4).

Baca Juga

Ketika mengunjungi rumah almarhum Badrul Munir, anggota KPPS TPS 19 Kedung Baruk di Jalan Kedung Baruk No. 92 Surabaya pada Jumat (19/4), Risma berdialog langsung dengan istri dan putri almarhum. Risma mengatakan langsung untuk memberikan bantuan berupa pekerjaan di kantor Pemerintah Kota Surabaya untuk anak almarhum, Wildatin.

"Karena masalahnya berbeda, jadi treatment penyelesaiannya juga berbeda, yang paling penting sustainable-nya bagaimana pun beliau (korban) sudah membantu. Nah satu persoalan sudah kita bantu, supaya beban keluarga berkurang. Saya kira ini lebih penting dari pada memberikan santunan berupa uang atau yang lain," ujarnya.

Tak hanya itu, sebagai bentuk perhatian Wali Kota Risma kepada anak-anak keluarga petugas KPPS yang meninggal, ia menegaskan akan memberikan bantuan dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan keluarga almarhum. "Kalau putranya Pak Naryo (Sunaryo) akan dibantu beasiswa. Jadi untuk kuliahnya kita tanggung sampai selesai," ujarnya.

Dengan adanya beberapa kejadian tersebut, Risma mengaku ke depan akan melakukan evaluasi serta identifikasi keluhan-keluhan masyarakat. Selanjutnya evaluasi itu disampaikan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya.

Risma berharap ke depan tidak ada lagi petugas TPS yang sakit, apalagi meninggal saat menjalankan tugas. "Supaya ke depannya tidak terjadi hal-hal seperti ini lagi, semua keluhan akan kami sampaikan dan diidentifikasi. Ternyata semua mengeluh seberat itu," ujarnya.

Pada kesempatan itu, istri dan anak almarhum Badrul juga menceritakan kronologis kejadian kepada Wali Kota Risma. Dalam ceritanya, almarhum mengaku kelelahan pada Rabu (17/04) malam. Esoknya, almarhum merasakan badannya semakin melemah hingga pada Jumat, (19/4) pukul 09.00 WIB, Badrul menutup usia di umur 52 tahun.

Anak almarhum Badrul, Wildatin Naila juga menjelaskan bagaimana kondisi ayahnya saat meninggal. Menurutnya sang ayah menghembuskan naas terakhir dalam keadaan menghadap kiblat dan tangan terlipat.

Ia menyampaikan sebelum ayahnya meninggal, seperti sudah ada tanda-tanda berpamitan dengan kerabat dan sanak-saudara. "Beberapa jam sebelum meninggal, ayah sempat kulakan bensin dulu lalu bertemu tetangga namun tidak biasanya hanya melambaikan tangan saja," kata Wildatin.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement