Selasa 23 Apr 2019 20:18 WIB

Duta Damai Dunia Maya Asia Tenggara Dibentuk

Melawan terorisme tidak hanya sekadar mewaspadai panggung aksi kekerasan mereka.

Talkshow di hari kedua pelatihan tingkat lanjut Duta Damai Dunia Maya 2017 di Jakarta, Selasa (28/11)) malam.
Foto: bnpt
Talkshow di hari kedua pelatihan tingkat lanjut Duta Damai Dunia Maya 2017 di Jakarta, Selasa (28/11)) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejauh ini kurang lebih 780 generasi muda Indonesia dari 13 Provinsi telah bergabung dalam duta damai dunia yang dibentuk sejak 2016 lalu. Kini langkah itu diperluas dengan langkah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) membentuk pemuda-pemuda perdamaian lintas negara-negara Asia Tenggara.

Sebanyak 50 pemuda-pemudi dari negara-negara Asia Tenggara yaitu Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Kamboja, Vietnam, Brunei Darussalam, dan Laos, ditambah kurang lebih 60 duta damai dunia maya Indonesia berkumpul di Jakarta untuk mengikuti “Regional Workshop on Establishing Youth Ambassadors for Peace Against Terrorism and Violent Extremism” atau Workshop Pelatihan Duta Damai Dunia Maya Asia Tenggara 2019. Selama empat hari, 22-25 April 2019, mereka akan digembleng mentor dari Pusat Media Damai (PMD) BNPT dan narasumber pakar kontra narasi berskala internasional dan nasional.

“Kami sengaja memperluas duta damai dunia maya ke kawasan Asia Tenggara karena saat ini seluruh negara di dunia sedang menghadapi perubahan pola dan modus terorisme dari cara lama ke cara baru,” kata Deputi Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis saat membuka secara resmi “Regional Workshop on Establishing Youth Ambassadors for Peace Against Terrorism and Violent Extremism” di Jakarta, Senin (22/4).

Perubahan pola itu, jelas Hendri, ditunjukkan dengan pemanfaatkan secara masif kecanggihan teknologi dan informasi oleh kelompok teroris dalam menyebarkan pesan kekerasan dan rekrutmen anggota mereka.

Dalam kesempatan itu, mantan Komandan Grup III Kopassus itu menegaskan bahwa dalam melawan terorisme tidak hanya sekadar mewaspadai panggung aksi kekerasan mereka. Tetapi juga harus mewaspadai panggung narasi kekerasan yang tersebar di dunia maya. Ia menilai aksi kekerasan dan terorisme bisa dicegah dan diamputasi melalui upaya penindakan dan penegakan hukum, tetapi narasi kekerasan dan terorisme yang massif dan viral di dunia maya sulit untuk ditanggulangi.

“Sesungguhnya melawan terorisme saat ini adalah melawan narasi kekerasan yang mudah mempengaruhi semua lapisan masyarakat. Pasalnya tidak ada orang yang kebal dari pengaruh ideologi dan indoktrinasi, kecuali mempunyai imunitas dan kecerdasan dalam menangkalnya,” kata Hendri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement