REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) lima tahunan yang paling bersejarah dengan menggabungkan pemilihan presiden dan legistlatif telah berlangsung pada Rabu (17/4) kemarin. Hal ini menunjukkan bahwa kematangan demokrasi bangsa ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Karena Pemilu merupakan saluran demokrasi yang menjamin partisipasi publik dalam menentukan masa depan bangsa ini.
Namun beberapa bulan sebelum pelaksanaan Pemilu, masyarakat dibuat tegang dan bahkan terpecah karena perbedaan pilihan. Berita bohong (hoaks), ujaran kebencian, saling menjelek-jelekkan satu sama lain banyak bermunculan baik di media sosial maupun di dunia nyata. Padahal ajang Pemilu ini ini sejatinya adalah sistem demokrasi yang dilaksanakan berdasarkan nilai dan falsafah Pancasila. Karena Pemilu bukanlah untuk memecah belah persaudaraan, tempat menabur caci maki, apalagi menabur kebencian antar sesama.
Dengan telah berakhirnya Pemilu tersebut, Guru Besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Dr Dede Rosyada MA meminta kepada seluruh masyarakat untuk bisa menjaga kerukunan dan perdamaian di negeri ini. Karena menjaga kerukunan dan perdamaian itu merupakan bagian dari nilai-nilai luhur yang ada pada Pancasila sebagai falsafah dan ideologi bangsa
“Pemilu sudah dilaksanakan. Sekarang kepada masyarakat luas, mari kita sama-sama untuk menjaga kerukunan, kedamaian dan menjaga rasa keadilan bagi semua orang. Karena itulah hakikatnya demokrasi Pancasila, yakni demokrasi yang memiliki nilai-nilai luhur kejujuran, yang bukan semata-mata menghantarkan kemenangan,” ujar Dede, Jumat (19/4).
Lebih lanjut Prof Dede menjelaskan, masyarakat sejatinya melihat ajang Pemilu itu sebagai sebuah proses demokrasi untuk memperkuat legitimasi bangsa ini. Bukan memanfaatkan Pemilu untuk mendahulukan kepentingan seseorang atau sekelompok orang yang dapat memecah persatuan, tapi harus lebih mengutamakan kepentingan bangsa.
“Biarkan mereka yang mendapat dukungan masyarakat memimpin bangsa ini, karena itu adalah mandat untuk membawa perubahan dalam rangka kemajuan bangsa. Setidaknya dalam aspek ekonomi, perdagangan, pemajuan sains dan teknologi yang akan membantu memperkaya barang-barang komoditas yang bisa dijual ke pasar global,” ujar mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.